
Ramai-ramai Pangkas Produksi Batu Bara, BUMI Ikutan Gak?

Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Pertambangan Batu bara Indonesia (APBI) menyampaikan para produsen baru bara di Tanah Air berencana memangkas produksi seiring dengan rendahnya harga komoditas batu bara.
APBI menyebut beberapa produsen besar yang menjadi anggotanya berencana memangkas produksi antara 15-20% pada tahun ini. Mengacu data Refinitiv, Kamis (9/7/2020), harga batu bara dunia ditutup melemah 0,91% ke US$ 54,55/ton.
Dalam sebulan terakhir, harga batu bara bergerak dengan rentang terendah di US$ 52,1/ton dan tertinggi di US$ 56,05/ton.
Di tengah rencana pemangkasan produksi anggota APBI, manajemen PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih berupaya untuk mengajar target produksi. Hal ini disampaikan oleh Direktur dan Corporate Secretary Bumi Resource Dileep Srivastava.
BUMI juga menjadi anggota APBI melalui dua anak usaha perseroan yakni PT Arutmin Indonesia dan PT Kaltim Prima Coal (KPC).
Ia mengatakan usaha di sektor batu bara saat ini menghadapi tantangan yakni dampak daripada pandemi corona (Covid-19) di mana harga batu bara volatil dan jatuh.
Meski demikian BUMI masih akan optimistis bisa memproduksi 85-90 juta ton sampai akhir 2020. "Januari -Juni produksi mungkin sekitar 41-42 juta ton, kita sekarang ada optimistis," paparnya, Kamis, (09/07/2020).
Lebih lanjut ia mengatakan perusahaan sudah mendapatkan kontrak 75-80% penjualan dari total produksi yang ditargetkan bakal tercapai tahun ini. Meski ada yang belum kontrak, pihaknya optimistis bakal merealisasikan target.
"Kami optimis akan tercapai," tegasnya.
Sebelumnya, Ketua Umum APBI-ICMA Pandu Sjahrir menyampaikan dalam keterangan tertulisnya APBI berpandangan perlu adanya pemotongan produksi sampai dengan 50 juta metrik ton/tahun, sehingga produksi batu bara nasional menjadi sekitar 480 juta ton/tahun, agar terjadi keseimbangan supply dan demand.
Menurutnya dampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan semakin melebarnya kondisi oversupply di pasar batu bara termal global mendorong harga terus turun. Kondisi ini semakin mencemaskan karena trend harga rendah masih akan berlanjut akibat kekhawatiran akan kemungkinan gelombang kedua.
"Para produsen besar [major producers] anggota APBI telah berencana untuk melakukan pemotongan produksi tahun 2020 sebesar 15-20% dari rencana awal."
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Private Placement Lagi, Utang BUMI Lunas?