
Wall Street Merah, Yah...IHSG Bakal Masuk Zona Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Jumat (10/7/2020) berpotensi masuk zona merah mengikuti bursa saham Wall Street di tengah kekhawatiran baru terhadap virus corona dan dampaknya terhadap ekonomi.
IHSG pada penutupan perdagangan sesi dua kemarin mengalami koreksi, dengan penurunan yang sebesar 23,38 poin atau 0,46% menjadi 5.052,79. Padahal di sesi satu IHSG membukukan penguatan 0,32% pada 5.092 dan sempat menembus level resistance di 5.100 dengan level tertinggi intraday atau harian di 5.111,56.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) nilai transaksi mencapai Rp 9,17 triliun. Sementara volume transaksi tercatat 10,53 miliar unit saham dengan frekuensi sebanyak 735.489 kali transaksi. Terpantau 195 saham menguat, 162 turun dan stagnan sebanyak 159.
Saham-saham yang turun di antaranya saham PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA) (-6,38%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) (-4,72%), PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) (-4,72%), sedangkan PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) (-2,88%) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) (-1,87%).
Indeks saham sektor keuangan menjadi pemberat dengan sumbangan koreksi sebesar 3,9 poin terhadap indeks acuan utama bursa nasional tersebut. Saham pemberatnya antara lain PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang anjlok 1,6% ke Rp 30.500 per unit dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang turun 1,6% ke Rp 3.140 per saham.
Investor asing juga berbalik dari mencatatkan nilai pembelian bersih (net buy) sebesar Rp 36,7 miliar pada sesi pertama menjadi jual bersih (net sell) senilai Rp 131,4 miliar di seluruh pasar.
Meningkatnya kekhawatiran dampak dari lonjakan kasus virus corona terhadap ekonomi yang bisa berujung resesi mendorong investor untuk menghindari aset berisiko seperti saham untuk sementara waktu.
Sementara dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Kamis kemarin (Jumat pagi waktu Indonesia) bervariatif.
Indeks komposit Nasdaq yang sarat teknologi melonjak 55,25 poin atau 0,53% menjadi 10.547,75, rekor penutupan tertinggi. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 361,19 poin atau 1,39% pada 25.706,09, sementara S&P 500 turun 17,89 poin atau 0,56% menjadi 3.152,05.
DJIA turun tajam pada hari Kamis, menghapus kenaikannya untuk minggu ini, di tengah kekhawatiran baru terhadap coronavirus dan dampaknya terhadap ekonomi. Di seluruh wilayah negara bagian AS lonjakan kasus terus berlanjut, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan pembatasan aktivitas kembali dan meredupkan prospek untuk pemulihan ekonomi yang cepat.
Kekhawatiran tentang infeksi coronavirus di Negeri Paman Sam itu naik setelah lebih dari 60.000 kasus Covid-19 baru dilaporkan pada hari Rabu, peningkatan terbesar yang pernah dilaporkan oleh suatu negara dalam satu hari. Sementara Florida melaporkan peningkatan rekor rawat inap.
Namun, ekuitas sedikit pulih, setelah Dr. Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, mengatakan kandidat vaksin coronavirus Moderna kemungkinan akan memasuki uji coba fase 3 pada akhir Juli.
"Ada lebih sedikit alasan untuk optimisme sekarang daripada di bulan April," kata Jason Thomas, kepala ekonom di AssetMark. "Pada bulan April, kami memiliki pandangan tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan vaksin, dan ada kemungkinan bahwa kami dapat membuka negara secara bertahap dan melihat pemulihan berkelanjutan."
Sementara yang menambah sentimen bearish atau penurunan adalah putusan Mahkamah Agung yang mengatakan jaksa distrik Manhattan dapat melihat catatan pajak Presiden Donald Trump sebagai bagian dari penyelidikan.
"Putusan Mahkamah Agung menyentak pasar karena mungkin memberikan pukulan bagi peluang Trump untuk terpilih kembali," kata Art Cashin, direktur operasi bursa NYSE di UBS. "Itu tidak membawa penjualan sebanyak yang ditakuti sehingga pasar bergerak turun relatif kecil."
Pada catatan pukul 07:30 WIB, kontrak berjangka (futures) indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,42% pada 25.679, sedangkan S&P 500 menguat 0,33% menjadi 3.151 dan Nasdaq Composite 100 naik 0,23% pada 10.752.
Pada perdagangan pagi ini Jumat (10/7/2020) koreksi bursa Wall Street kemungkinan menjadi sentimen negatif IHSG masuk zona merah.
![]() Analisis Teknikal |
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area pivot, dengan garis BB yang mulai mendatar dari pelebaran sebelumnya maka, pergerakan selanjutnya diperkirakan untuk turun menuju level support.
Untuk melanjutkan penurunan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level support yang selanjutnya berada di area 5.025 hingga area 4.960. Sementara untuk merubah bias menjadi bullish perlu melewati level resistance yang berada di area 5.095 hingga area 5.140.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang mencoba berpotongan di wilayah positif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk koreksi.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 59, setelah menyentuh level 80 yang sekaligus menjadi area jenuh beli atau overbought maka pergerakan cenderung menurun.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area pivot, dengan garis BB yang mendatar dan menuju level support maka pergerakan selanjutnya berpotensi turun.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500