
Sesi I Mantap Menguat, Sesi II IHSG Masih Bertenaga

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi I hari ini, Kamis (9/7/2020) membukukan penguatan sebesar 0,32% atau 16,35 poin ke level 5.092,53.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 36,66 miliar di semua pasar dengan nilai transaksi mencapai Rp 4,86 triliun. Sementara volume transaksi tercatat 6,23 miliar unit saham dengan frekuensi sebanyak 467.311 kali transaksi. Terpantau 216 saham harganya naik, 162 turun dan 159 stagnan.
Saham-saham yang mengalami kenaikan di antaranya saham PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) (17,99%), PT Envy Technologies Indonesia Tbk (ENVY) (16,96%), PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI) (12,96%), sedangkan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) (8,06%) dan PT Indak Kiat Pulp an Paper Tbk (INKP) (5,94%).
Beberapa saham yang masih dikoleksi asing di antaranya PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) dengan nilai beli bersih (net buy) Rp 492,2 miliar, PT Astra International Tbk (ASII) dengan nilai Rp 471,7 miliar dan PT ACE Hardware Tbk (ACES) senilai Rp 421 miliar.
Sebaliknya, saham unggulan yang mereka lepas di antaranya adalah PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 878,3 miliar, PT Link Net Tbk (LINK) senilai Rp 825,6 miliar, dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dengan jual bersih Rp 614,7 miliar.
Sementara itu, indeks utama di kawasan Asia juga terpantau menguat, dengan indeks Nikkei Jepang naik 0,9%, Hang Seng Hongkong menguat 0,5%. Sementara KOSPI Korea Selatan tumbuh 0,96%, dan indeks Shenzen melesat 1,1%.
Kenaikan di mayoritas bursa saham Benua Kuning hari ini terjadi karena rilis data ekonomi di masing-masing negara berhasil tumbuh lebih baik daripada konsensus.
Rilis data Pemesanan Alat Permesinan Jepang Bulan Mei oleh Kantor Kabinet Jepang yang menunjukkan hanya terkontraksi 16,3% lebih baik daripada perkiraan konsensus yang meramalkan akan ada kontraksi sebesar 17,1%.
Angka ini juga lebih baik daripada bulan sebelumnya yaitu kontraksi 17,7%, ini artinya sektor manufaktur Jepang sudah menunjukkan pemulihan walaupun masih perlahan.
Selanjutnya di China, merilis data Indeks Harga Konsumen China Bulan Juni yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional China menunjukkan secara bulanan hanya terjadi deflasi sebesar 0,1%, tentunya ini lebih baik daripada perkiraan konsensus yang meramalkan akan terjadi deflasi sebesar 0,5%.
Bahkan bulan sebelumnya terjadi deflasi 0,8% yang menunjukkan daya beli masyarakat China perlahan sudah pulih.
Sedangkan untuk Indeks Harga Produsen China bulan Juni terkontraksi sebesar 3%. Ini juga sedikit lebih baik daripada konsensus yang meramalkan akan terjadi kontraksi sebesar 3,2%.
Pada perdagangan sesi II IHSG diperkirakan masih kuat nanjak dengan indikator BB yang berada di area resistance dan semakin melebar.
Simak analisis teknikal di bawah ini.
![]() Analisis Teknikal |
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area resistance, dengan garis BB yang melebar maka, pergerakan selanjutnya diperkirakan untuk menguat.
Untuk melanjutkan penguatan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level resistance yang selanjutnya berada di area 5.115 hingga area 5.150. Sementara untuk merubah bias menjadi bearish perlu melewati level support yang berada di area 5.070 hingga area 5.040.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang berada di wilayah positif, maka kecenderungan pergerakan IHSG masih kuat nanjak.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 81, dengan garis yang masih naik maka pergerakan cenderung menguat. Namun garis RSI yang sudah berada di area jenuh beli atau overbought maka penguatan akan menjadi terbatas.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area resistance, dengan garis BB yang melebar maka pergerakan selanjutnya berpotensi naik lebih lanjut. Namun, RSI yang sudah overbought atau jenuh beli membatasi keuntunbgan.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500