
Tembus ke Atas RM 2.400, Bagaimana Prospek CPO ke Depan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah (CPO) menguat meski harga minyak mentah melemah hari ini Kamis (9/7/2020). Meski menguat, prospek crude palm oil ini sebenarnya masih dibayangi tekanan.
Pada 10.53 WIB, harga CPO naik 0,33% atau bertambah 8 ringgit ke RM 2.415/ton. Pada perdagangan kemarin harga CPO kembali ke level RM 2.400/ton.
Ada beberapa faktor yang membuat harga CPO mampu menguat meski harga minyak mentah terkoreksi. Kenaikan harga minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai dan minyak sawit di Bursa Dalian sebesar 0,62% dan 0,87% turut mengerek harga CPO naik.
Sentimen positif kedua yang membuat harga CPO mampu menguat adalah ekspor bulan Juni yang tinggi mampu membuat stok minyak sawit berkurang. Ekspor minyak sawit bulan Juni diperkirakan naik 25% dibanding bulan sebelumnya sehingga membuat stok diprediksi turun 5%.
Data minyak sawit Negeri Jiran dijadwalkan akan rilis pada Jumat pekan ini (10/7/2020). Beralih ke Indonesia, stok minyak sawit RI diperkirakan turun 6,5% pada bulan Mei, mengutip keterangan asosiasi industri (GAPKI).
Relaksasi lockdown serta kembali dipacunya ekonomi membuat permintaan akan minyak nabati membaik. Namun kontribusi India sebagai importir terbesar minyak sawit dari Asia Tenggara tercatat mulai surut.
Pada November-April, pangsa minyak sawit terhadap total impor minyak nabati India hanya 53%, berkurang dari periode yang sama sebelumnya yang mencapai 64% tahun 2019.
Di saat yang sama porsi minyak nabati jenis lain yang diimpor oleh India justru meningkat. Misal untuk jenis minyak biji bunga matahari porsinya naik dari 19% menjadi 24%. Nasib serupa juga dialami minyak kedelai yang pangsa impornya naik dari 17% menjadi 22% dari total impor minyak nabati India.
Membaiknya permintaan dirasa tak akan berlangsung lama. Apalagi ada risiko yang datang dari melonjaknya kasus infeksi virus corona yang terjadi di berbagai negara baru-baru ini.
"Hingga akhir tahun 2020, permintaan minyak sawit India hanya akan mencapai 85-90% dari total permintaan sebelum pandemi Covid-19. 100% baru akan tercapai pada kuartal pertama atau bahkan kuartal kedua tahun 2021" kata Dorab Mistry selaku direktur Godrej International pada Webinar yang diselenggarakan oleh Indian Solvent Extractors' Association (SEA).
"Setelah pertengahan Juli, kita akan sekali lagi melihat tendensi terjadinya resesi, penyusutan ekonomi dan kondisi yang berat untuk berbagai komoditas serta ekonomi dunia"lanjutnya.
"Jika kita mendorong harga terus naik, kita akan merusak permintaan dan justru menimbulkan permasalahan baru di bulan Oktober, November dan Desember" tambahnya. "Saya baru melihat kenaikan harga komoditas mulai dari kuartal kedua 2021, tetapi sebelum itu saya ragu bahwa harga masih akan tetap rendah" pungkasnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Joss! Gegara Indonesia Harga CPO Dunia Pecah Rekor