Dari Kookmin hingga KDB, Kenapa Bank-bank Korea Kesemsem RI?

Tri Putra, CNBC Indonesia
07 July 2020 16:40
Kookmin Bank clerks work at the headquarters of Kookmin Bank in Seoul, Thursday, March 23, 2006.  Lone Star Fund, a Texas-based investment firm, signed a letter of intent to sell its stake in mid-size lender Korea Exchange Bank to Kookmin Bank, South Korea's top lender by assets, both sides announced Thursday. (AP Photo/Ahn Young-joon)
Foto: Kookmin Bank (AP/Ahn Young-joon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Langkah Kookmin Bank untuk menjadi pemegang saham pengendali di PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) melalui Penawaran Umum Terbatas V baru saja selesai difinalisasi.

Namun tiba-tiba sudah muncul kabar bahwa akan ada bank lain asal Korea Selatan lainnya yang siap mengakuisisi institusi finansial lain di Indonesia.

Bank tersebut adalah The Korea Development Bank (KDB) yang akan mengambilalih mayoritas kepemilikan saham emiten pembiayaan PT Tifa Finance Tbk (TIFA) dari pemegang saham eksisting sebesar 870.763.100 saham yang mewakili 80,65% dari total modal yang ditempatkan dan disetor perseroan.

Dalam pengumumannya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (6/7/2020), manajemen Tifa Finance mengungkapkan rencana pengambilalihan akan dilaksanakan dengan memperhatikan segala pemenuhan izin maupun persetujuan yang diperlukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perseroan akan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar biasa (RUPSLB) terkait dengan rencana pengambilalihan 870.763.100 saham perusahaan oleh KDB.

Sebelumnya The Korea Times memberitakan, KDB memang membidik diversifikasi bisnisnya ke Asia Tenggara selama beberapa bulan terakhir, dengan menargetkan perusahaan keuangan yang dapat menawarkan beragam jasa dari mulai pembiayaan hingga pembiayaan kartu kredit.

Tentunya keputusan kedua institusi finansial ini untuk berekspansi ke Indonesia bukanlah keputusan sembarangan.

Masuknya bank-bank besar dari Korea Selatan ini dikarenakan oleh sektor finansial di Indonesia masih memiliki banyak ruang gerak untuk berekspansi apabila dibandingkan dengan Korea Selatan sendiri ataupun negara-negara besar lain di Asia Tenggara.

Tercatat 95% penduduk di Korea Selatan sudah memiliki rekening bank, bandingkan angka ini dengan di Indonesia yang tingkat kepemilikan rekening banknya hanya sebesar 49%.

Ini artinya masih ada potensi untuk institusi finansial dalam berekspansi menjangkau 51% penduduk yang belum memiliki rekening bank atau sekitar 138 juta penduduk.

Selain itu di tingginya suku bunga bank sentral di Indonesia juga menjadi daya tarik tersendiri di tengah sulitnya institusi keuangan di luar Indonesia untuk mendapatkan arus kas positif di tengah rendahnya suku bunga bank sentral negara tersebut.

Tercatat suku bunga bank sentral di Indonesia adalah sebesar 4,25% bandingkan dengan di negara-negara lain yang sudah hampir menyentuh level 0% seperti Korea Selatan, Singapura, dan Thailand.

Sebagai bonus, Indonesia juga menawarkan beberapa hal yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain di ASEAN seperti besarnya jumlah penduduk Indonesia dan infrastruktur Indonesia yang lebih memadai dibandingkan dengan negara-negara lain di luar Big Four GDP ASEAN yang tentunya dapat mendukung sektor finansial untuk berekspansi dengan lebih cepat.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Digitalisasi Picu Investor Ritel Domestik Bursa RI 'Meledak'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular