
Naik Nyaris 2% Pekan Lalu, Harga Batu Bara Siap Melesat Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Di awal pekan harga batu bara acuan Newcastle untuk kontrak yang ramai diperjualbelikan ditutup menguat. Banyak negara eksportir yang melakukan rasionalisasi dengan memangkas pasokan untuk menopang harga yang sudah kelewat rendah.
Senin (6/7/2020) harga batu bara Newcastle melesat 1,74% ke US% 55,4/ton. Ini merupakan harga tertinggi yang pernah tercatat sejak 9 Juni 2020.
Setelah menyentuh titik dasar (bottom) level terendah, harga batu bara cenderung bergerak mendatar (sideways). Pandemi virus corona (Covid-19) telah memicu turunnya permintaan komoditas ini terutama dari negara-negara konsumen seperti India dan China.
Meskipun impor batu bara China terbilang naik signifikan pada April lalu, Negeri Tirai Bambu berpotensi besar mengerem impor batu baranya di paruh kedua tahun ini. India dan China sama-sama berencana untuk beralih ke pasokan domestik.
Pelemahan permintaan telah direspons oleh para produsen seperti Indonesia, Afrika Selatan, Columbia dan Rusia yang mengekspor lebih sedikit batu bara dibanding periode yang sama tahun lalu.
Rendahnya harga gas secara global ditambah dengan pasokan yang berlimpah membuat komoditas batu bara tertekan. Pasalnya dengan pasokan yang banyak serta harga yang kompetitif berpotensi memicu beralihnya konsumen dari batu bara ke gas.
Harga gas alam cair (LNG) Asia pekan lalu ditutup di US$ 2,2 mmBtu. Sepanjang tahun ini harga gas alam telah anjlok 57,3%.
Harga gas yang masih rendah dan kelimpahannya yang tinggi juga disertai dengan harga minyak yang stabil membuat harga batu bara sulit untuk naik signifikan.
Meski permintaan akan batu bara belum benar-benar pulih seiring dengan dibukanya kembali ekonomi secara perlahan, risiko yang datang dari gelombang kedua wabah menjadi ancaman yang nyata.
Kasus baru infeksi virus corona di banyak negara mencatatkan pertambahan yang signifikan. Di AS, dalam 5 hari pertama bulan Juli setidaknya ada 16 negara bagian yang melaporkan rekor pertambahan jumlah kasus.
Sementara itu di India, jumlah kasus baru terus mencetak rekor tertingginya. Kini India sudah menggeser Rusia dan berada di peringkat ketiga sebagai negara dengan jumlah kasus terbanyak di dunia.
Risiko ketidakpastian seputar kapan pandemi bisa berakhir membuat pelaku pasar cemas akan periode pemulihan ekonomi. Sehingga kenaikan harga batu bara di pekan lalu sepertinya belum menjadi sinyal penguatan harga yang berkelanjutan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ukur Sentimen Pendorong Koreksi Harga Batu Bara