Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga sudah tidak melemah di perdagangan pasar spot, meski belum menguat.
Pada Senin (6/7/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.547. Rupiah menguat 0,13% dibandingkan posisi akhir pekan lalu.
Sementara di pasar spot, rupiah pun melemah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.450. Sama persis dengan posisi penutupan akhir pekan lalu alias stagnan.
Sepanjang minggu kemarin, rupiah melemah signifikan 2,12% di hadapan dolar AS secara point-to-point. Rupiah jadi mata uang terlemah di Asia.
Hari ini, sepertinya tren depresiasi belum bisa terlepas dari mata uang Tanah Air. Namun depresiasi rupiah yang tipis membuatnya punya peluang untuk menyeberang ke jalur hijau.
Bukan apa-apa, depresiasi rupiah yang begitu dalam pekan lalu membuat mata yang Tanah Air sudah 'kemurahan'. Ini bisa membuat rupiah kembali menarik untuk dikumpulkan.
Kebetulan mata uang utama Asia lainnya juga cenderung menguat di hadapan dolar AS. Hanya dolar Hong Kong dan yen Jepang yang masih nyangkut di zona merah.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:05 WIB:
Dolar AS memang sedang lesu. Pada pukul 09:28 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,12%.
Optimisme pelaku pasar timbul setelah melihat sejumlah rilis data ekonomi terbaru. Dari Australia, iklan lowongan kerja di koran dan internet pada Juni 2020 tercatat 89.252. Melonjak 42% dibandingkan bulan sebelumnya dan menjadi rekor tertinggi.
Kemudian, pasar juga melihat sinyal kebangkitan dari rilis data Purchasing Managers Index (PMI) sektor jasa di sejumlah negara. Di Hong Kong, PMI jasa pada Juni 2020 adalah 49,6, naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 43,9.
Kemudian PMI jasa di Jerman bulan lalu berada di 47,3, jauh di atas Mei 2020 yaitu 32,6. Sementara di Prancis, PMI jasa pada Juni 2020 tercatat 50,7%, melesat tajam dari posisi bulan sebelumnya yang sebesar 31,1.
Ditambah lagi ada kabar gembira seputar penanganan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan hasil uji coba obat virus corona bisa didapat sekira dua minggu lagi.
"Hampir 5.500 pasien dari 39 negara bersedia menjadi relawan uji coba. Kami memperkirakan hasil awalnya akan diperoleh dalam dua pekan," ungkap Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderap WHO, sebagaimana diwartakan Reuters.
Selain obat, upaya pengembangan vaksin anti-corona juga terus membuahkan kabar positif. Bharat Biotech, perusahaan farmasi asal India, telah mendapat persetujuan pemerintah untuk melaksanakan uji coba.
"Kemungkinan vaksin akan diluncurkan dan bisa digunakan oleh publik pada 15 Agustus 2020, setelah selesainya uji coba klinis," kata Balram Bhargava, Direktur Jenderal Indian Council of Medical Reserach (ICMR), seperti dikutip dari Reuters.
Berbagai berita tersebut membuat risk appetite pelaku pasar meningkat. Arus modal mulai mengalir ke aset-aset berisiko di negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.
Pada pukul 09:46 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,6% dan investor asing membukukan beli bersih Rp 10,58 miliar. Arus modal ini belum bisa mengangkat rupiah dari zona merah. Namun kalau jumlahnya semakin banyak, bukan tidak mungkin rupiah mampu berbalik menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA