'Situasi Sedang Krisis, OJK Tak Bisa Dibubarkan Begitu Saja'!

Monica Wareza & Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
06 July 2020 08:05
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Tv Parlemen)
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto

Di tempat terpisah, dalam konteks penanganan virus corona, pemerintah masih disibukkan dengan upaya mengatasi pandemi Covid-19. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pandangan perihal krisis yang sedang dihadapi Indonesia saat ini.

Dalam sejumlah kesempatan, Presiden Joko Widodo mengingatkan kalau krisis yang dihadapi bukan hanya dari sisi kesehatan lantaran Covid-19 semata, melainkan juga dari segi ekonomi.

"Jadi kalau kita lihat periode krisis ini Indonesia sudah belajar tiga kali," ujar Airlangga dalam serial diskusi bertajuk "Pemulihan Ekonomi Indonesia" yang berlangsung secara virtual, Jumat (3/7/2020) malam.

Pertama, krisis ekonomi 1998. Menurut Airlangga, krisis itu hanya menimpa empat negara Asia. Kemudian, lanjut dia, berbagai negara lain di dunia tidak mengalami krisis sehingga Indonesia masih tertolong oleh usaha mikro kecil dan menengah yang tidak terdampak.

"Karena kan krisisnya di sektor finansial terutama akibat dari pada rupiah dan mereka yang tidak pinjam rupiah itu relatif aman dan pasar ekspor relatif terjamin.

Dengan demikian, ini adalah krisis yang secara agregat paling dalam dan recovery-nya memakan waktu tiga sampai empat tahun bahkan tahun 1998 sampai 2004 pemerintah berkali-kali terjadi pergantian.

Ada tiga presiden di dalam periode tersebut dan tentu di sana ada BPPN kemudian ada yang menjadi trauma terhadap institusi yang namanya BI di mana BI dipecah menjadi OJK kemudian ada LPS dan yang lain," kata Airlangga.

Kedua, krisis di 2004-2005 terkait dengan hi tech bubble. Akan tetapi ekonomi Indonesia tidak terlalu terdampak.

Ketiga, krisis ekonomi 2008 akibat subprime mortgage di Amerika Serikat. Menurut Airlangga, ekonomi Indonesia terbantu karena tidak memiliki regulasi yang berkaitan dengan subprime mortgage, meski di pasar modal terdampak lantaran sentimen negatif.

Lalu, bagaimana dengan krisis sekarang yang ditimbulkan oleh Covid-19?

"Selalu kita perbandingkan krisis di tahun sekarang ini itu yang kena adalah human capital. Jadi orangnya yang kena plus 215 negara sehingga tidak ada ekonomi yang bisa menghela dari segi demand dan di sini terjadi demand shock dan supply shock," kata Airlangga.

(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular