
Happy Weekend! Asing Borong Rp 108 M, IHSG Ditutup Hijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat (3/7/20) di tutup di zona hijau dengan apresiasi sebesar 0,14% di level 4.973,79.
IHSG berhasil selamat ditutup terapresiasi karena 15 menit sebelum pasar ditutup IHSG sempat jatuh ke zona merah.
Penurunan IHSG secara tiba-tiba ini dikarenakan bursa Benua Eropa dibuka di zona merah setelah penjualan motor Jerman anjlok 40% pada Juni ke level terendah 30 hari, menurut harian Jerman Tagesspiegel.
Di sisi lain, pabrik Inggris kian banyak yang merumahkan karyawan, menurut survey Make U.K pada Jumat dengan 46% dari industriawan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dalam enam bulan, naik dari posisi Mei sebesar 25%.
Indeks FTSE Inggris melemah -0,40%, CAC Prancis turun 0,27% sementara DAX Jerman naik 0,02%.
Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp 108 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 6,1 triliun. Terpantau 176 saham harganya naik, 222 turun, dan 171 stagnan.
Saham yang paling banyak dilepas asing hari ini adalah PT Unilever IndonesiaTbk (UNVR) dengan jual bersih sebesar Rp 25 miliar dan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 15 miliar.
Sejalan dengan IHSG, bursa di kawasan Asia terpantau hijau, Hang Seng Index di Hong Kong naik 0,99%, Nikkei di Jepang terapresiasi sebesar 0,72%, sedangkan STI Singapore juga naik 0,63%.
Beralih ke pasar saham Negeri Adidaya (AS), tiga indeks saham utama Negeri Paman Sam berhasil melenggang ke zona hijau dini hari tadi menyusul data tenaga kerja yang lebih baik dari perkiraan.
Ekonomi AS kini semakin menampakkan tanda-tanda pemulihan. Hal ini turut menjadi sentimen positif yang mendongkrak harga aset-aset berisiko seperti saham. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,36%, sementara S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing terangkat 0,45% dan 0,52%. Sedangkan indeks kontrak berjangka Dow Futures naik 0,01%
Apresiasi harga saham di Wall Street dini hari tadi tak terlepas dari data penciptaan lapangan kerja yang mengejutkan. Data pemerintah menunjukkan, jumlah penciptaan lapangan kerja pada bulan Juni mencapai 4,8 juta.
Angka tersebut jauh lebih tinggi dari perkiraan para ekonom yang memprediksi bakal ada 2,9 juta lapangan kerja yang tercipta di bulan lalu. Tingkat pengangguran di AS pun turun menjadi 11,1% dan lebih baik dari perkiraan ekonom di level 12,4%.
Tingkat pengangguran di AS juga membaik dibanding dua bulan sebelumnya. Departemen Tenaga Kerja AS mencatat tingkat pengangguran di AS bulan April mencapai 14,7% dan membaik di bulan Mei menjadi 13,3% setelah 2,5 juta lapangan kerja tercipta.
"Ini merupakan suatu kejutan bagi ekspektasi pasar" kata Christian Scherrmann, seorang ekonom AS di DWS, melansir CNBC Internationa. "Apa yang kita lihat pada Mei dan Juni merupakan cetak biru untuk pemulihan yang cepat, tetapi hanya jika situasi terkait virus dapat terkontrol" tambahnya.
Bulan lalu, para ekonom memproyeksikan akan ada 8 juta pekerjaan yang hilang. Namun realita yang terjadi justru sebaliknya. Ada tambahan 2,5 juta pekerjaan seiring dengan relaksasi lockdown di berbagai negara bagian.
Sedangkan sentimen negatif hari ini datang dari Reuters yang melaporkan DPR AS (the House) mengeluarkan rancangan undang-undang pada hari Rabu yang akan menghukum bank jika melakukan bisnis dengan pejabat Cina yang menerapkan undang-undang keamanan nasional baru Beijing yang kejam yang dikenakan pada bekas jajahan Inggris yakni Hong Kong.
China menanggapi dengan mengatakan Amerika Serikat harus berhenti mencampuri urusan Hong Kong dan memperingatkan bahwa mereka akan dengan tegas menolak.
DPR AS sudah bulat, hal ini mencerminkan kekhawatiran Washington atas hilangnya otonomi yang memungkinkan Hong Kong berkembang sebagai kota paling bebas di China dan pusat keuangan internasional.
Senat AS juga meloloskan undang-undang serupa pekan lalu. Namun di bawah aturan kongres, RUU harus kembali ke Senat dan disahkan di sana sebelum dikirim ke Gedung Putih untuk Presiden Donald Trump untuk menandatangani undang-undang tersebut.
Speaker of The House, Nancy Pelosi memberikan padangannya di depan komite yang membahas situasi di Hong Kong dan mengatakan undang-undang keamanan tersebut menandai kematian prinsip "satu negara, dua sistem".
"Undang-undang itu adalah tindakan brutal, tindakan keras terhadap rakyat Hong Kong, yang dimaksudkan untuk menghancurkan kebebasan yang dijanjikan," katanya dalam jajak pendapat Komite Luar Negeri DPR.
"Amerika Serikat harus berhenti meloloskan RUU itu, apalagi menandatangani atau menerapkannya" kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian. "Kalau tidak, China akan secara tegas menentang," katanya.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan UU Keamanan Nasional Hong Kong merupakan penghinaan bagi semua negara dan Washington akan terus menerapkan arahan Trump untuk mengakhiri status khusus terhadap wilayah itu.
Negeri Paman Sam mulai mencabut status khusus Hong Kong dengan menghentikan ekspor pertahanan dan membatasi akses bagi wilayah itu ke produk-produk teknologi tinggi milik AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000