
Kasus Corona RI Tembus Rekor, Rupiah Ikutan Tekor

Sayang sekali, rupiah belum bisa memanfaatkan sentimen eksternal yang sejatinya positif. Data ketenagakerjaan terbaru di AS menjadi penyebabnya.
Pada Juni 2020, perekonomian Negeri Paman Sam menciptakan 4,8 juta lapangan kerja. Ini menjadi angka tertinggi sejak 1939.
Sektor ritel, edukasi dan pendidikan, manufaktur, konstruksi, jasa, transportasi dan pergudangan, perdagangan besar, sampai keuangan mulai membuka lapangan kerja. Ini membuat tingkat pengangguran turun dari 13,3% pada Mei menjadi 11,1% pada Juni.
Kemudian jumlah klaim tunjangan pengangguran (unemployment benefits) di Negeri Adidaya pada pekan yang berakhir 27 Juni adalah 1,42 juta. Turun 55.000 dibandingkan sepekan sebelumnya.
Namun, jalan menuju pemulihan masih panjang. Pasalnya, korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan angka pengangguran sudah terlanjur tinggi gara-gara pandemi virus corona. Butuh waktu, tenaga, dan duit yang tidak sedikit untuk memulihkannya.
"Juni mungkin adalah periode tenang sebelum badai datang lagi. Kita tidak bisa mengetahui apakah perbaikan di pasar tenaga kerja ke depan bisa secepat ini. Butuh waktu untuk membuat jutaan warga AS kembali bekerja," kata Chris Rupkey, Kepala Ekonom MUFG yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.
Meski demikian, rilis data tersebut sudah cukup untuk membuat investor semringah. Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York ditutup menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,36%, S&P 500 bertambah 0,45%, dan Nasdaq Composite terangkat 0,52%.
Sayang sekali rupiah tidak kebagian 'durian runtuh' dari AS. Andai virus corona tidak menggila, mungkin saja rupiah bisa kecipratan berkahnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
