
Kasus Corona RI Tembus Rekor, Rupiah Ikutan Tekor

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Sepertinya investor mencemaskan perkembangan penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di dalam negeri yang agak mengkhawatirkan.
Pada Jumat (3/7/2020), US$ 1 setara dengan Rp 14.305 kala pembukaan pasar spot. Sama persis dengan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya atau stagnan.
Akan tetapi, tidak lama kemudian rupiah langsung melemah. Pada pukul 09:02 WIB, US$ 1 dibanderol Rp 14.325 di mana rupiah melemah 0,14%.
Kemarin, rupiah mengakhiri perdagangan pasar spot dengan depresiasi 0,81% di hadapan dolar AS. Ini membuat mata uang Tanah Air melemah selama enam hari perdagangan beruntun. Dalam periode tersebut, depresiasi rupiah tercatat 1,59%.
Meski sudah melemah cukup dalam, tetapi rupiah sepertinya masih bisa melemah lagi. Faktor domestik kemungkinan jadi beban bagi pergerakan rupiah.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan, jumlah pasien positif corona per 2 Juli 2020 adalah 59.394 orang. Bertambah 1.624 orang (2,81%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Penambahan pasien yang mencapai 1.624 orang dalam sehari adalah rekor tertinggi sejak Indonesia mencatatkan kasus perdana pada awal Maret. Sementara dari sisi persentase, laju 2,81% adalah yang tercepat sejak 18 Juni.
Dalam 10 hari terakhir, penambahan kasus corona di Ibu Pertiwi selalu lebih dari 1.000 per hari. Selama 14 hari ke belakang, rata-rata penambahan kasus adalah 1.188 orang per hari. Naik dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 996 orang per hari. Akibatnya, kurva kasus corona di Indonesia semakin jauh dari kata melandai, yang ada semakin melengkung ke atas.
Indonesia masih menjadi negara dengan kasus corona tertinggi di ASEAN. Jauh di atas Singapura (44.310), Filipina (38.805), Malaysia (8.643), Thailand (3.179), Vietnam (355), Myanmar (304), Kamboja (141), dan Laos (19).
Apabila pasien positif corona terus bertambah, maka bukan tidak mungkin pemerintah akan kembali mengetatkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sejak bulan lalu mulai dikendurkan. Kalau sampai PSBB ketat lagi, maka roda ekonomi tidak akan bergerak. Indonesia hampir pasti bakal masuk resesi, tetapi ketika PSBB semakin ketat maka durasi resesi bakal kian panjang.
