Analisis Teknikal

Corona Bikin Grogi, Sesi II IHSG Masih Rawan Koreksi

Haryanto, CNBC Indonesia
01 July 2020 13:14
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi I hari Rabu ini (1/7/2020) terkoreksi 0,32% ke level 4.889,81, kendati di awal perdagangan sempat menguat yang terdorong oleh reli bursa saham Wall Street.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada sesi I nilai transaksi mencapai Rp 3 triliun, dengan investor asing masih melakukan jual bersih (net sell) sebesar Rp 155,92 miliar di semua pasar. Sementara volume transaksi tercatat 3,63 miliar unit saham dengan frekuensi sebanyak 347.226 kali transaksi.

Saham-saham yang terkoreksi di antaranya saham PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI) turun 6,88%, PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) melemah 6,45%, PT HK Metals Utama Tbk (HKMU) merosot 4,76%, sedangkan PT Bintang Oto Global Tbk (BOGA) turun 3,23% dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) koreksi 2,92%.

Koreksi IHSG dipicu oleh peningkatan kasus infeksi virus corona di berbagai negara. Sudah lebih dari 10,3 juta orang didunia dinyatakan positif terinfeksi virus berbahaya itu. Lebih dari 500 ribu nyawa orang di dunia melayang jadi korban keganasan sang virus.

AS masih menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak di dunia dengan total tak kurang dari 2,6 juta orang dinyatakan mengidap Covid-19. Penasihat Kesehatan Gedung Putih Dr. Anthony Fauci memperingatkan bahwa pertambahan jumlah kasus di AS bisa sangat mengerikan dengan 100 ribu kasus per hari.

Negeri Adidaya tersebut kini melaporkan lebih dari 40 ribu kasus baru setiap harinya. Hampir dua kali lipat dari 22,8 ribu pada pertengahan Mei lalu. Lonjakan kasus paling banyak dilaporkan di bagian selatan dan barat. Fauci mengatakan 50% dari total kasus baru berasal dari empat negara bagian : Florida, California, Texas dan Arizona.

"Saya tidak bisa membuat prediksi yang akurat tetapi ini akan menjadi sangat mengganggu" kata Fauci kepada senator saat audiensi dengan komite senat bidang kesehatan, pendidikan, tenaga kerja dan pensiunan.

"Kita sekarang punya lebih dari 40 ribu kasus baru per harinya. Saya tidak akan terkejut jika angkanya naik ke 100 ribu per hari jika tak ada pembalikan arah, sehingga saya sangat prihatin," tambahnya, mengutip CNBC International.

Jika kasus terus bertambah dan memicu terjadinya lockdown, maka jelas ini bukanlah kabar baik bagi pasar dan perekonomian. Sampai saat ini lonjakan kasus di Beijing dan Leicester membuat China & Inggris harus mengkarantina wilayah tersebut.

Di tengah merebaknya pandemi yang tak berkesudahan ini, investor juga perlu mewaspadai adanya tensi geopolitik yang tinggi. Baru-baru ini dunia dihebohkan dengan permintaan Iran untuk menangkap Presiden AS Donald Trump atas kasus pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani awal tahun ini.

Pada perdagangan sesi II IHSG cenderung masih melemah akibat meningkatnya jumlah kasus terinfeksi virus corona, dikombinasikan dengan indikator BB yang mencoba menyentuh level support.

Simak analisis teknikal di bawah ini.

 

Analisis TeknikalFoto: Revinitif
Analisis Teknikal

 

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area pivot menuju support, dengan garis BB yang mulai melebar maka pergerakan selanjutnya cenderung turun lebih lanjut.

Untuk melanjutkan pelemahan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level support yang berada di area 4.875 hingga area 4.835. Sementara untuk merubah bias menjadi bullish kembali perlu melewati level resistance yang berada di area 4.915 hingga area 4.960.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang masih bermain di wilayah negatif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk tertekan atau melemah.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 42, dengan garis yang menurun artinya pergerakan cenderung untuk koreksi lebih lanjut.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang mencoba menyentuh level support, dengan garis BB yang mulai melebar maka pergerakan selanjutnya turun lebih lanjut.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular