
Awal Semester II-2020, Rupiah Bakal Dilibas Dolar AS Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis 0,07% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.180/US$ Selasa kemarin, sekaligus membukukan pelemahan 4 hari beruntun. Padahal sentimen pelaku pasar cukup bagus setelah sektor manufaktur China mempercepat laju ekspansi.
Data tersebut memberikan harapan perekonomian global akan segera bangkit setelah dihantam pandemi penyakit virus corona (Covid-19).
Sayangnya suntikan tenaga dari China tersebut belum mampu membuat rupiah menguat, dan masih berada dalam fase konsolidasi yang sejak tiga pekan terakhir.
Fase konsolidasi ini terjadi setelah rupiah mencatat penguatan lebih dari 15% pada periode April hingga awal Juni.
Di awal semester II-2020 hari ini, Senin (1/7/2020), penguatan bursa saham AS (Wall Street) kemarin, dan menjalar ke Asia pagi ini, bisa menjadi sentimen positif bagi rupiah. Tetapi seperti kemarin, tidak menutup kemungkinan rupiah masuk lagi ke zona merah.
Secara teknikal, fase konsolidasi terlihat dari rupiah yang bergerak dalam rentang Rp 13.810/US$ (batas bawah) sampai Rp Rp 14.230/US$ (batas atas) dalam 3 pekan terakhir. Pergerakan rupiah per harinya juga tidak terlalu besar.
Tetapi, fase konsolidasi pada satu titik dapat memicu pergerakan besar, entah itu menguat atau melemah. Dalam kondisi saat ini, risiko rupiah melemah menjadi lebih besar ketimbang menguat, sehingga patut diwaspadai. Apalagi rupiah kemarin sempat menguji batas atas Rp 14.230/US$.
Fase konsolidasi rupiah semakin terlihat setelah dua pekan lalu rupiah membentuk pola Doji.
Posisi pembukaan pasar dan penutupan pasar Senin (15/6/2020) sama di Rp 14.050/US$, dan membentuk ekor (tail) yang hampir seimbang ke atas dan bawah. Secara teknikal, rupiah disebut membentuk pola Doji, dan berarti pasar sedang ragu kemana arah pasar selanjutnya.
Terbukti, setelah membentuk Doji, rupiah rentang pergerakan rupiah tidak terlalu besar.
![]() Foto: Refinitiv |
Sementara itu indikator stochastic kini mulai masuk wilayah jenuh beli (overbought).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang turun, yang artinya dolar AS berpeluang melemah setelah stochastic mencapai overbought.
Jika rupiah kembali melemah, maka level Rp 14.230/US$ (batas atas fase konsolidasi) akan menjadi resisten (tahanan atas) yang cukup kuat. Selama tidak menembus resisten tersebut, rupiah masih berpeluang menguat lagi.
Support (tahanan bawah) terdekat berada di level Rp 14.150/US$, jika berhasil di lewati rupiah berpeluang terus melaju menuju level psikologis Rp 14.000/US$.
Tetapi jika Rp 14.230/US$ berhasil ditembus secara meyakinkan, rupiah berisiko melemah ke Rp Rp 14.300/US$.
Untuk jangka lebih panjang, peluang rupiah ke Rp 13.565/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 100% masih terbuka, selama bertahan di bawah Rp 14.730/US$ (Fibonnaci Retracement 61,8%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
