Corona Masih jadi Ancaman, Bursa Asia Cuek ke Zona Hijau

Tri Putra, CNBC Indonesia
30 June 2020 11:14
Passersby are reflected on an electronic board showing the exchange rates between the Japanese yen and the U.S. dollar, the yen against the euro, the yen against the Australian dollar, Dow Jones Industrial Average and other market indices outside a brokerage in Tokyo, Japan, August 6, 2019.   REUTERS/Issei Kato
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham di kawasan Asia pada perdagangan Selasa (30/6/2020) terpantau mayoritas berada di zona hijau.

Sentimen positif datang dari Negara Paman Sam. Usai terkoreksi pada akhir pekan lalu, dini hari tadi tiga indeks saham utama Wall Street berhasil melenggang ke zona hijau.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 579 poin atau 2,3%. Pada saat bersamaan S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing menguat 1,5% dan 1,2%.

Sementara itu lonjakan kasus Covid-19 akhir-akhir ini membuat WHO kembali berkomentar. "Meski banyak negara sudah membuat kemajuan, secara global, pandemi terus merebak dengan pesat" kata Direktur Jendeal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah video konferensi.

"The worst is yet to come" begitu kata Tedhros. "Saya mohon maaf harus mengatakan hal tersebut, tetapi dengan kondisis seperti sekarang ini kita takut hal yang terburuk akan tejadi. Oleh sebab itu kita harus menyatukan tindakan untuk melawan virus berbahaya ini bersama-sama" ungkapnya.

Selanjutnya, sentimen positif juga datang dari zona Euro. Bank sentralnya diperkirakan akan menambah paket stimulus untuk memerangi pandemi Covid-19 yang sempat membuat gaduh di pasar keuangan global.

Awal pekan ini ECB menambah dana sebesar 600 miliar euro untuk membeli aset-aset keuangan melalui Pandemic Emergency Purchase Programme (PEPP). Sehingga secara total ECB menggelontorkan uang senilai 1,35 triliun euro jika ditambah dengan nominal sebelumnya di 750 milia euro. 

Di Korea Selatan indeks Kospi berhasil naik 1,54% meskipun rilis data Produksi Industri Korea Selatan Bulan Mei oleh Kantor Statistik Nasional Korea yang kurang elok. Produksi industri Negara Ginseng terkontraksi 9,6% jauh lebih parah dari konsensus yang hanya menargetkan kontraksi sebesar 4,5%.

Selanjutnya Data Penjualan Ritel Korea Selatan bulan Juni yang dirilis oleh Kantor Statistik Nasional Korea juga menunjukkan hal yang kurang memuaskan yaitu penurunan penjualan ritel dari 5,3% dari bulan Mei menjadi 4,6% pada bulan Juni.

Di Jepang, Indeks Nikkei menanjak 1,70% setelah rilis data Tingkat Pengangguran bulan Mei di Jepang oleh Biro Statistik Jepang yang menunjukkan tingkat pengangguran sebesar 2,9% sedikit lebih buruk daripada konsensus yang meramal tingkat pengangguran hanya sebesar 2,8%.

Rilis data Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang mengenai Produksi Industri Jepang bulan Mei juga kurang ciamik. Tercatat produksi industri Jepang pada bulan Mei terontraksi 8,4$ jauh lebih parah daripada konsensus yang menargetkan hanya terjadi kontraksi sebesar 5,6%.

Sementara itu di China indeks SSE berhasil loncat sebesar 0,58% setelah rilis data Indeks PMI Manufaktur bulan Juni China oleh Pusat Informasi Logistik China yang berada di angka 50,9 sedikit lebih baik daripada konsensus sebesar 50,4.

Selanjutnya itu rilis data PMI Non Manufaktur China bulan Juni menunjukkan PMI yang naik menjadi 54,4 dibandingkan dengan bulan lalu yang sebesar 53,6.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula, di atas 50 berarti dunia usaha optimistis dan siap melakukan ekspansi.

Dari wilayah administratif China, Hong Kong Indeks Hang Seng naik 0,86% dan di Singapura Indeks STI di Singapura terbang 1,11%, sementara itu dari dari dalam negeriIndeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ikutmengalami apresiasi 0,33% ke level 4.917,92.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular