Jokowi Cemas soal Ekonomi RI Q2, IHSG Tetap Berkibar

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
30 June 2020 11:07
Pengarahan Presiden RI Terkait Penanganan Covid-19 di Jawa Timur, Surabaya. Biro Pers Sekretariat Presiden
Foto: Pengarahan Presiden RI Terkait Penanganan Covid-19 di Jawa Timur, Surabaya. Biro Pers Sekretariat Presiden

Semarang, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan kekhawatirannya terkait dengan dampak pandemi virus corona (Covid-19) yang menghantam ekonomi dalam negeri. Jokowi menyatakan pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2020 diprediksi berada pada posisi minus alias terkontraksi.

"Pada kuartal pertama kita bisa tumbuh, masih tumbuh keadaan normal di atas 5 persen, tapi kuartal pertama kita tumbuh 2,97 persen. Masih bisa tumbuh," kata Jokowi dalam kunjungan kerja di Jawa Tengah, Selasa (30/6/2020).

Meski Jokowi berkali-kali mengungkapkan kekhawatiran soal krisis ini, pasar modal masih menghijau. Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, pada pukul 10.47 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih menguat 0,42% di level 4.923,08 meskipun memang ada tekanan dari aksi jual bersih asing Rp 142 miliar di sesi I ini.

Dalam sepekan terakhir, IHSG menguat 0.09% dan sebulan terakhir naik 3,57% kendati secara tahun berjalan IHSG masih terkoreksi 22%.

Jokowi mengatakan perlu ada kewaspadaan terkait dengan bagaimana mengelola risiko dalam menjaga pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

"Tapi di kuartal kedua, kita sangat khawatir kita sudah berada pada posisi minus pertumbuhan ekonomi kita. Ini yang harus hati-hati, mengelola manajemen krisis ini agar urusan kesehatan dan ekonomi bisa berjalan beriringan," tegas Kepala Negara.

Jokowi mengatakan ancaman Covid-19 belum berakhir dan kondisi saat ini masih berubah-ubah dan dinamis. Dengan kondisi ini, pemerintah patut menjaga agar tidak muncul gelombang kedua Covid-19.

"Jangan sampai muncul second wave. Saya titip yang kita hadapi ini bukan hanya krisis kesehatan, tapi juga masalah ekonomi. Krisis ekonomi. Karena kalau kita lihat yang namanya demand terganggu, supply [juga] terganggu, produksi terganggu," kata eks Gubernur DKI Jakarta ini.

Sebab itu, Jokowi menegaskan perlu ada keseimbangan dalam menjaga kondisi saat ini sehingga pemerintah tidak melonggarkan tanpa kendali penuh.

"Jadi gas dan rem betul-betul diatur jangan sampai melonggarkan tanpa kendali rem sehingga ekonomi bagus, tapi Covid-19 naik. Bukan itu yang kita inginkan. Covid terkendali tapi ekonominya tidak mengganggu kesejahteraan masyarakat. Tapi ini bukan barang mudah."

Jokowi mengatakan semua negara mengalami dampak dan terkontraksi. Bahkan ekonomi global diprediksi terkontraksi -6 hingga -7% pada tahun ini. "Artinya apa? Global dunia juga masuk ke yang namanya resesi."

"Dan bahkan saya sampaikan tahun ini Singapura diprediksi -5,8, Malaysia -8, AS -9,7, Inggris -15,4, Jerman -11,2, Prancis -17,2, Jepang -8,3."

"Kalau kita bisa mengatur, mengelola gas dan rem antara Covid kesehatan dan ekonomi ini yang kita harapkan. Ini jadi tanggung jawab kita semua bukan hanya gubernur, bupati, wali kota, saya titip jangan sampai membuka pada tatanan baru new normal tapi tidak melalui tahapan yang benar."


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jadi 'Korban' Corona, IHSG Ambles 6,9%, Asing Masih Kabur!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular