
IHSG Loyo 6 Bulan, 5 Saham Ini Malah Meroket! Ada yang 167%

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mencatatkan penurunan dalam 6 bulan terakhir hingga perdagangan Senin kemarin (29/6/2020) sebesar 20,16%. Dampak pandemi Covid-19 dinilai masih menjadi satu sentimen negatif bagi pasar saham global dan dalam negeri.
Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, pada perdagangan Senin kemarin IHSG ditutup di level 4.901,82 dengan nilai transaksi perdagangan harian Rp 5,33 triliun.
Secara 6 bulan terakhir, IHSG minus 20,16%, dan tahun berjalan atau year to date (YTD) indeks juga ambles 22,19%.
Investor asing kemarin mencatatkan jual bersih (net sell) atau keluar Rp 600,48 miliar di semua pasar, dan 6 bulan terakhir asing net sell Rp 28,59 triliun di semua pasar. Tapi karena ada net buy Rp 21,17 triliun di pasar nego dan tunai dalam 6 bulan terakhir, maka net sell asing 6 bulan di semua pasar hanya Rp 7,41 triliun.
Di tengah kejatuhan IHSG, ada lima saham secara 6 bulan mencatatkan kinerja fantastis per Senin kemarin, bahkan ada yang melesat hingga 167%.
5 Saham dengan Kenaikan Harga Fantastis Jan-29 Juni 2020
1. PT Indofarma Tbk (INAF)
Saham emiten anak usaha PT Bio Farma (Persero) ini meroket hingga 167,47% di posisi Rp 995/saham. Nilai transaksi pada periode tersebut mencapai Rp 1,12 triliun dengan volume perdagangan 1,33 miliar saham.
Sebelumnya, sentimen Covid-19 menjadi katalis bagi harga saham INAF dan beberapa saham emiten farmasi baik BUMN maupun swasta. Kementerian BUMN menyebutkan INAF akan menjadi off taker (penjamin pembeli) untuk ventilator yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan pelat merah terkait dengan upaya menangani pandemi Covid-19.
Namun secara kinerja, performa INAF masih membukukan kerugian bersih pada periode 3 bulan pertama di tahun ini senilai Rp 21,42 miliar. Kerugian ini turun tipis dari periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 21,72 miliar.
2. PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL)
Saham emiten jasa transportasi laut ini melesat 79,55% di level Rp 316/saham. Nilai transaksi saham BULL mencapai Rp 1,77 triliun, dengan jumlah atau volume perdagangan 9,32 miliar saham.
Secara kinerja, emiten pelayaran ini mencatatkan kenaikan laba bersih hingga melesat 380,48% pada kuartal I-2020. BULL mencatatkan laba bersih US$ 19,7 juta atau Rp 276 miliar (asumsi kurs Rp 14.000/US$) berbanding dengan kuartal I-2019 sebesar US$ 4,1 juta. Adapun pendapatan usaha naik sebesar 84,18% menjadi US$ 43,1 juta, dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$ 23,4 juta.
3. PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL)
Saham NIKL atau emiten yang dikenal sebagai Latinusa ini naik 59,60% di posisi Rp 482/saham. Nilai transaksi saham NIKL Rp 794,8 miliar dengan volume perdagangan 1,43 miliar saham. Emiten penghasil tinplate (baja tipis dilapisi timah) ini berhasil membukukan laba bersih senilai US$ 2,68 juta atau Rp 38 miliar pada tahun lalu, pulih dari 2018 yang masih merugi senilai US$ 1,53 juta.
4. PT Bima Sakti Pertiwi Tbk (PAMG)
Saham PAMG naik 41,07% di posisi Rp 79/saham, dengan nilai transaksi Rp 364,86 miliar dan volume perdagangan 3,04 miliar saham.
Perusahaan yang bergerak di bisnis properti pertama kali masuk BEI pada 5 Juli 2019 dengan harga perdana saham Rp 100/saham. Artinya harga Rp 79 ini belum pulih dari harga penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Bima Sakti merupakan pengelola mal Pekanbaru yang melepas 20% saham ke publik, setara 625 juta saham dengan harga penawaran Rp 100/saham.
Dengan demikian, dari gelaran IPO saat itu, perseroan meraup dana segar Rp 62,5 miliar.
5. PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR)
Saham emiten menara telekomunikasi ini terbang 37,84% di level Rp 1.020/saham, nilai transaksi saham ini mencapai Rp 9,61 triliun, tertinggi dari empat saham top gainers lainnya, dengan volume perdagangan 3,04 miliar saham.
Salah satu sentimen bagi TOWR adalah akuisisi sebanyak 1.399 menara milik PT XL Axiata Tbk (EXCL) pada periode kuartal I-2020 dari total jumlah menara yang akan diakuisisi sejumlah 1.723 menara.
![]() Data BEI |
Kinerja lima saham ini cukup positif di tengah kejatuhan IHSG. Apalagi, dari sisi rerata nilai transaksi saham harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga ambles 15,16% hingga Juni tahun ini dibandingkan rerata nilai harian sepanjang tahun lalu. Pandemi corona atau Covid-19 sudah membuat investor menahan diri bertransaksi di bursa saham domestik.
"Kinerja industri pasar modal di tengah wabah Covid, di 2020, ada beberapa event yang tidak bisa kita lupakan. Pertama pandemi Covid, pada saat Januari banyak negara negara yang terkena Covid-19. Kedua, pemilu AS uga akan berlangsung November, menarik, akan pengaruh ke politik Luar Negeri AS," kata Direktur Utama BEI Inarno Djajadi, dalam pemaparan virtual, Jumat (26/6/2020).
Menurut Inarno, pandemi akan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia.
"Kita selalu mau tidak mau, bank sentral [Bank Indonesia], pasar modal selalu melihat kebijakan-kebijakan yang dilakukan The Fed yang berpengaruh juga terhadap perekonomian dunia," tambah Inarno.
(tas/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jadi 'Korban' Corona, IHSG Ambles 6,9%, Asing Masih Kabur!
