Analisis Teknikal

Tekanan Jual Asing Masih Kuat, IHSG Hari Ini Mungkin Merah

Haryanto, CNBC Indonesia
29 June 2020 08:30
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Senin (29/6/2020) berpeluang melemah mencerna kinerja yang mengecewakan dari bursa Wall Street di tengah lonjakan kasus baru virus corona.

Sebelumnya, pada perdagangan akhir pekan kemarin, Jumat (26/6/2020) IHSG ditutup di zona hijau yang naik 7,36 poin atau 0,15% ke level 4.904,09 mengekor kinerja ciamik dari bursa Wall Street di tengah berita regulator AS yang berencana untuk melonggarkan peraturan perbankan, termasuk memungkinkan bank untuk lebih mudah melakukan investasi dalam dana berisiko seperti dana modal ventura.

Berdasarkan catatan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi pada perdagangan Jumat kemarin sebesar Rp 5,67 triliun, investor asing kembali melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 698,46 miliar di pasar reguler dan negosiasi. Ada sebanyak 211 saham yang mencatatkan kenaikan, sementara turun sebanyak 190 saham dan stagnan sebanyak 172.

Saham-saham yang naik di antaranya PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) (8,11%), PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) (7,33%), PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) (6,88%), Sedangkan PT MOdernland Realty Ltd. Tbk (MDLN) (6,35%) dan PT PP (Persero) Tbk (PTPP) (5,33%).

Kendati menguat tipis di perdagangan akhir pekan, namun sepanjang pekan kemarin IHSG membukukan penurunan sebesar 0,77%. Sentimen buruk datang membayangi pasar saham pekan kemarin. Beberapa negara kembali melaporkan tingginya pertambahan kasus baru infeksi Covid-19. Jumlah orang yang terjangkit secara global kini berada diangka lebih dari 10 juta.

Sementara dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Jumat kemarin (Sabtu pagi waktu Indonesia) ditutup di zona merah.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) jatuh 730,05 poin atau 2,84% menjadi 25.015,55, mencatat penurunan tertajam dalam dua minggu. Nasdaq ambles 259,78 poin atau 2,59% menjadi 9.757,22 dan S&P 500 turun 74,71 poin atau 2,42% menjadi 3.009,05.

Dow turun 3,3% di minggu kemarin, sementara Nasdaq dan S&P 500 masing-masing turun 1,9% dan 2,9%.

Penurunan bursa Wall Street terdorong oleh melonjaknya kasus baru virus corona yang telah meningkatkan kemungkinan negara memberlakukan kembali pembatasan pada aktivitas bisnis. Pemerintahan Trump telah mengesampingkan penguncian (lockdown) lainnya, tetapi Gubernur Texas Greg Abbott telah mengumumkan bahwa negara akan menghentikan rencana pembukaan kembali karena lonjakan dalam kasus virus corona.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) memperingatkan bahwa jumlah orang yang terinfeksi di AS kemungkinan besar 10 kali lebih tinggi daripada yang dilaporkan secara resmi.

Peningkatan kasus ini memicu kekhawatiran di pasar dan sentimen terhadap risiko pun memburuk. Aset-aset seperti saham dilego yang berujung pada anjloknya tiga indeks saham utama bursa New York.

Pada catatan pukul 07:35 WIB, kontrak berjangka (futures) indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,42% pada 24.846, sedangkan S&P 500 melemah 0,38% menjadi 2.995 dan Nasdaq Composite 100 ambles 0,48% pada 9.8818.

Pada perdagangan pagi ini Senin (29/6/2020) penurunan bursa Wall Street di tengah meningkatnya lonjakan kasus virus corona yang berakibat pada kemungkinan pembatasan aktivitas bisnis kembali dapat menekan kinerja pasar saham.

 

Analisis TeknikalFoto: Revinitif
Analisis Teknikal

 

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di bawah area pivot, dengan garis BB yang datar atau stabil maka pergerakan selanjutnya masih cenderung untuk bergerak terbatas sideways.

Untuk melanjutkan kenaikan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level resistance selanjutnya yang berada di area 4.940 hingga area 4.995. Sementara untuk merubah bias menjadi bearish perlu melewati level support yang berada di area 4.880 hingga area 4.820.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang berada di wilayah negatif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk konsolidasi lebih lanjut.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 42 dengan garis yang terpantau menurun, artinya ada kemungkinan pergerakan untuk tertekan kembali atau melemah.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di bawah area pivot, dengan garis BB yang datar atau stabil maka pergerakan selanjutnya untuk bergerak terbatas atau sideways bahkan cenderung menurun karena MACD yang berada di wiayah negatif.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular