Kemacetan Tampak di Kota Besar Dunia, Minyak Melesat 1% Lebih

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
26 June 2020 10:27
Suasana kemacetan terjadi di Tol Halim mengarah ke Tol Dalam Kota, Cawang, Jakarta Timur, kemacetan kembali terjadi di Tol dalam kota Gatot Subroto, Jakarta. 15/6/20.(CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Kepadatan Kendaraan Saat Pulang Jam Kantor (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas ekonomi di berbagai negara mulai menunjukkan geliatnya. Kemacetan mulai terjadi di banyak kota-kota besar yang turut menggerakkan ekonomi global. Harga minyak pun ikut terdongkrak olehnya. 

Jumat (26/6/2020), harga minyak mentah menguat lebih dari 1%. Pada 09.20 WIB harga minyak mentah acuan internasional Brent menguat 1,29% ke US$ 41,58/barel. Sementara itu minyak acuan Amerika Serikat (AS) yakni West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,24% ke US$ 39,2/barel.

Menurut analis pasar komoditas kali ini digerakkan oleh sentimen pemulihan ekonomi global ketimbang fundamentalnya yang mencerminkan keseimbangan antara pasokan dan permintaan.

"Tampaknya pasar mengabaikan faktor fundamental pasokan dan permintaan dan lebih melihat sentimen" kata Michael McCarthy, chief market strategist at CMC Markets, melansir Reuters.

Meski permintaan minyak belum benar-benar pulih ke level seperti sebelum krisis dan output global masih dibayangi oleh komitmen para produsen untuk tak membanjiri pasar dengan pasokan, tanda-tanda rebound ekonomi tampak dari kemacetan di berbagai lokasi di dunia. 

Mengacu pada data perusahaan teknologi lokasi TomTom, mobilitas di beberapa kota di dunia sudah kembali ke level seperti 2019. Kemacetan mulai tampak di Shanghai, New York dan Moscow. Sementara itu Beijing kembali harus bergelut dengan lonjakan kasus sehingga terjadi penurunan mobilitas. 

Shang Hai

Beijing

Moscow
New York

Di sisi lain, mobilitas melalui jalur udara juga sudah mulai membaik memasuki bulan Juli. Berdasarkan data flightradar24, rata-rata jumlah penerbangan per hari hingga Rabu kemarin (24/6/2020) mencapai 52.000. 

Angka tersebut jauh lebih baik dari titik rendahnya yang tercatat pada 12 April lalu dengan jumlah penerbangan hanya mencapai angka 24.000 saja. Padahal saat Februari lalu, lebih dari 100.000 penerbangan terjadi dalam sehari. 

Flightradar24

Meski data-data tersebut menunjukkan bahwa ekonomi sudah bergeliat lagi dan permintaan berangsur membaik, risiko ketidakpastian masih ada. Lonjakan kasus baru di AS, Brazil, Amerika Latin dan India juga menjadi sorotan di pasar akhir-akhir ini. 

Tingginya risiko ketidakpastian akibat pandemi telah membuat Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi globalnya untuk tahun 2020 sebesar 1,9 poin persentase menjadi minus 4,9% dari sebelumnya minus 3%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mau Bilang Apa? Minyak Ambles Lagi Gegara Kasus Corona

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular