
Mau Bilang Apa? Minyak Ambles Lagi Gegara Kasus Corona

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah untuk kontrak yang ramai diperdagangkan melemah tipis pagi ini. Lonjakan kasus infeksi virus corona dan lockdown lokal yang diterapkan kembali di berbagai tempat menjadi sentimen negatif bagi pasar minyak mentah.
Rabu (8/7/2020) harga minyak mentah terkoreksi 0,2%. Pada 09.45 WIB minyak berjangka Brent turun 0,23% ke US$ 42,98/barel. Di saat yang sama minyak patokan Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) turun 0,12% ke US$ 40,57/barel.
Data kompilasi John Hopkins University CSSE menunjukkan angka orang yang terjangkit Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) sampai saat ini nyaris menyentuh 12 juta. Tak kurang dari 543 ribu orang di dunia terenggut nyawanya akibat infeksi virus ganas itu.
AS masih jadi negara dengan jumlah kasus terbanyak di dunia. Penderita Covid-19 di AS hampir 3 juta orang. Dalam lima hari pertama bulan Juli, ada 16 negara bagian AS yang melaporkan kenaikan kasus baru yang signifikan.
Peningkatan kasus infeksi membuat Florida kembali menerapkan pembatasan atas pembukaan ekonominya. Bahkan di negara lain lockdown lokal di tingkat kota diterapkan.
Beijing, Leicester dan yang terbaru Melbourne kembali menerapkan kebijakan lockdown lokal. Penerapan kembali pembatasan mobilitas publik di tengah geliat ekonomi yang mulai terlihat pada Mei dan Juni membuat prospek permintaan minyak kembali dalam tekanan.
Energy Information Agency (EIA) memperkirakan permintaan minyak global akan kembali pulih ke 101,1 juta barel per hari (bpd) pada kuartal empat tahun depan. Lebih lanjut EIA memprediksi produksi minyak AS turun 600 ribu bpd tahun ini.
Semalam asosiasi industri minyak AS (API) merilis data stok minyak Negeri Paman Sam untuk periode mingguan. Pada pekan lalu stok minyak mentah AS bertambah 2,05 juta barel menjadi 539 juta barel. Berbeda dengan konsensus pasar yang memperkirakan penurunan sebesar 3,1 juta barel.
Sementara itu untuk bensin dan minyak mentah, stoknya mengalami penurunan lebih besar dari konsensus pasar. Stok bensin turun 1,83 juta barel, jauh melampaui estimasi analis di 2.000 barel.
Stok minyak distilat turun 847 ribu barel pekan lalu. Jauh lebih besar penurunannya daripada konsensus yang dihimpun Reuters yang meramal stok turun 75 ribu barel.
Harga minyak memang cenderung stabil dan kokoh di kisaran US$ 40/barel sejak memasuki bulan Juni. Upaya produsen minyak global yang tergabung dalam OPEC+ untuk memangkas output terbukti mampu menopang dan menstabilkan harga.
Namun dengan adanya lonjakan kasus serta pemangkasan produksi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan bulan Mei hingga Juli menjadi faktor yang dikhawatirkan akan menggoyang pasar minyak.
OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi minyak sebesar 7,7 juta bpd mulai Agustus hingga akhir tahun. Sebelumnya OPEC+ sah memperpanjang periode pemangkasan 9,7 juta bpd atau setara dengan 10% output global hingga Juli.
"Tetap saja, harapan bahwa Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) dan aliansinya akan menurunkan volume pemangkasan mulai dari Agustus dan pelemahan harga-harga saham di AS menambah tekanan" kata Hiroyuki Kikukawa, General Manager untuk riset di Nissan Securities.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Koreksi, tapi Masih di Level Tertinggi Setahun