Analisis Teknikal

Wall Street Meroket, Saatnya IHSG Ngegas ke 5.000 Hari Ini

Haryanto, CNBC Indonesia
26 June 2020 08:27
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Jumat (26/6/2020) diprediksi cenderung bergerak sideways merespons beragam sentimen mulai dari outlook (proyeksi) IMF hingga lonjakan bursa Wall Street.

Sebelumnya, pada perdagangan Kamis kemarin (25/6/2020) IHSG terkoreksi 68 poin atau 1,37% ke level 4.896,73 merespons pandangan Dana Moneter Internasional (IMF) tentang ekonomi global tahun ini yang suram.

Berdasarkan catatan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi pada perdagangan Kamis kemarin mencapai Rp 6,16 triliun, investor asing jual bersih (net sell) sebesar Rp 225,72 miliar di pasar reguler dan negosiasi. Ada sebanyak 324 saham yang mencatatkan penurunan, sementara naik sebanyak 93 saham dan stagnan sebanyak 142.

Saham-saham yang mengalami penurunan di antaranya PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) (-5,84%), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) (-4,01%), PT Ciputra Development Tbk (CTRA) (-3,88%), Sedangkan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) (-3,83%) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) (-3,54%).

Koreksi IHSG ini dipicu oleh kabar terbaru dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang memangkas perkiraan ekonomi global pada Rabu kemarin (24/6/2020). Bahkan outlook dengan judul A Crisis Like No Other, An Uncertain Recovery ini membuat ramalan yang makin buruk soal ekonomi global.

Ekonomi dunia diproyeksi akan -4,9%. Angka ini lebih rendah 1,9 poin persentase dibanding outlook IMF pada April 2020, yakni -3%.

"Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang negatif pada paruh pertama 2020 daripada yang diperkirakan," tulis lembaga itu, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (25/6/2020).

Pemulihan ekonomi diproyeksi akan lebih lambat dan bertahan dari yang diprediksi sebelumnya. Di 2021 ekonomi global diramal 5,4%, atau lebih rendah 6,5 poin persentase dibanding outlook Januari 2020.

Sementara dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Kamis kemarin (Jumat pagi waktu Indonesia) ditutup menguat.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 299,66 poin atau 1,2% menjadi 25.745,60, Nasdaq melambung 107,84 poin atau 1,1% menjadi 10.017,00 dan S&P 500 melesat naik 33,43 poin atau 1,1% menjadi 3.083,76.

Penguatan bursa Wall Street terdorong oleh kenaikan saham sektor keuangan di tengah berita regulator AS yang berencana untuk melonggarkan peraturan perbankan, termasuk memungkinkan bank untuk lebih mudah melakukan investasi dalam dana berisiko seperti dana modal ventura.

Saham Bank of America, JPMorgan Chase, Citigroup dan Wells Fargo naik lebih dari 3%. Goldman Sachs juga naik 4,6% sementara Morgan Stanley naik 3,9%.

Pada catatan pukul 07:40 WIB, kontrak berjangka (futures) indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,44% pada 25.483, sedangkan S&P 500 melemah 0,10% menjadi 3.067 dan Nasdaq Composite 100 naik tipis 0,01% pada 10.089.

Pada perdagangan pagi ini Jumat (26/6/2020) merespons sentimen yang beragam antara outlook IMF yang negatif diimbangi dengan lonjakan bursa Wall Street, dengan indikator BB yang cenderung stabil, maka gerak IHSG hari ini diperkirakan untuk sideways.

 

Analisis TeknikalFoto: Revinitif
Analisis Teknikal

 

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di antara area pivot dan support, dengan garis BB yang datar atau stabil maka pergerakan selanjutnya cenderung untuk bergerak sideways.

Untuk melanjutkan penurunan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level support selanjutnya yang berada di area 4.865 hingga area 4.785. Sementara untuk merubah bias menjadi bullish perlu melewati level resistance yang berada di area 4.945 hingga area 5.000.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang berpotongan ke bawah, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk konsolidasi lebih lanjut.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 34 setelah menyentuh area 30 yang sekaligus menjadi area jenuh jual, artinya ada kemungkinan pergerakan untuk rebound.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di antara area pivot dan support, dengan garis BB yang datar atau stabil maka pergerakan selanjutnya cenderung untuk bergerak sideways.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular