Analisis Teknikal

Gegara Outlook IMF, Sesi II IHSG Bakal Bertahan di Zona Merah

Haryanto, CNBC Indonesia
25 June 2020 12:30
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi I hari Kamis (25/6/2020) terpantau melemah merespons pandangan Dana Moneter Internasional (IMF) tentang ekonomi global tahun ini yang suram.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada sesi I nilai transaksi mencapai Rp 3,43 triliun, dengan investor asing jual bersih (net sell) sebesar Rp 111,33 miliar di semua pasar. Sementara volume transaksi tercatat 4,21 miliar unit saham dengan frekuensi sebanyak 317.828 kali transaksi.

Saham-saham yang turun di antaranya saham PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) (-4,55%), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) (-3,30%), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) (-3,21%), sedangkan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) (-3,10%) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) (-2,95%).

Koreksi IHSG dipicu oleh kabar terbaru dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang memangkas perkiraan ekonomi global pada Rabu kemarin (24/6/2020). Bahkan outlook dengan judul A Crisis Like No Other, An Uncertain Recovery ini membuat ramalan yang makin buruk soal ekonomi global.

Ekonomi dunia diproyeksi akan -4,9%. Angka ini lebih rendah 1,9 poin persentase dibanding outlook IMF pada April 2020, yakni -3%.

"Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang negatif pada paruh pertama 2020 daripada yang diperkirakan," tulis lembaga itu, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (25/6/2020).

Pemulihan ekonomi diproyeksi akan lebih lambat dan bertahan dari yang diprediksi sebelumnya. Di 2021 ekonomi global diramal 5,4%, atau lebih rendah 6,5 poin persentase dibanding outlook Januari 2020.

"Dampak buruk pada rumah tangga berpenghasilan rendah sangat akut, membahayakan," tulis lembaga itu lagi.

Secara terperinci, negara maju akan mengalami kontraksi 8% di 2020, meski tumbuh 4,8% di 2021. Amerika Serikat akan berkontraksi 8% sedangkan Zona Eropa kontraksi 10,2%. Ekonomi Italia dan Spanyol akan -12,8% sedangkan Prancis -12,5%. Jerman -7,8% sementara Inggris -10,2%. Kanada, akan -8,4%. Sementara ekonomi Jepang -5,8%.

Ekonomi negara berkembang secara general akan minus 3%, dan akan positif kembali 5,9% di 2021. Di mana China di 2020, tetap tumbuh 1%. Namun kawasan Asia lain mencatat kontraksi, seperti India -4,5% dan ASEAN-5 -2%. Khusus di RI, ekonomi di 2020 -0,3%.

Kawasan berkembang Eropa akan -5,8%. dengan Rusia -6,6%. Di Amerika Latin, ekonomi -9,4% secara keseluruhan, di mana ekonomi Meksiko kontraksi 10,5% dan Brasil -9,1%.

Kawasan Arab diramal -4,7%. Ekonomi Sub Sahara Afrika -3,2%. Sedangkan negara dengan pendapat perkapita rendah -1%.

Kekhawatiran akan serangan gelombang kedua virus corona serta risiko resesi yang semakin nyata, membuat investor untuk menahan diri dari aset-aset berisiko. Lebih baik bermain sangat aman dengan memegang uang tunai. Cash is king, lebih baik pegang uang untuk jaga-jaga jika kondisi memburuk.

Cash yang dipegang pun bukan sembarang cash, pilihan jatuh kepada dolar AS. Maklum, dolar AS adalah mata uang global. Segala urusan seperti perdagangan, investasi, sampai pembayaran utang dan dividen bisa selesai kalau punya dolar AS.

Permintaan dolar AS yang meningkat membuat nilai tukar mata uang ini menguat. Akibatnya, aset-aset di pasar keuangan melemah karena kurang peminat. Dimana indeks dolar AS naik 0,6% ke level 97,21 pada perdagangan kemarin karena permintaan safe-haven terangkat oleh kebangkitan infeksi virus corona di seluruh AS.

Sementara itu, dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York anjlok lebih dari 2%. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 710,16 poin atau 2,7% menjadi 25.445,94, Nasdaq Composite jatuh 222,20 poin atau 2,2% menjadi 9.909,17 dan S&P 500 terpeleset 80,96 poin atau 2,6% menjadi 3.050,33.

Bursa saham Eropa juga terperosok pada perdagangan kemarin. Indeks Stoxx Europe 600 merosot 2,8%, DAX Jerman turun 3,4%, CAC Prancis turun 2,9%, dan FTSE 100 AS turun 3,1%.

Pada perdagangan sesi II IHSG terpantau bertahan di zona merah di tengah outlook ekonomi global yang masuk ke jurang resesi. Sementara indikator BB yang mencoba sentuh level support, maka pergerakan selanjutnya cenderung menurun.

Simak analisis teknikal di bawah ini.

 

Analisis TeknikalFoto: Revinitif
Analisis Teknikal

 

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area pivot menuju support, dengan garis BB yang melebar maka pergerakan selanjutnya cenderung untuk turun atau melemah.

Untuk melanjutkan penurunan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level support selanjutnya yang berada di area 4.890 hingga area 4.840. Sementara untuk merubah bias menjadi bullish perlu melewati level resistance yang berada di area 4.950 hingga area 5.000.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang mencoba berpotongan ke bawah, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk konsolidasi lebih lanjut.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 38 setelah menyentuh area 70 yang sekaligus menjadi area jenuh beli, artinya kecenderungan untuk turun lebih lanjut.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator garis BB yang berada di area pivot menuju support terkonfirmasi dengan RSI yang sudah overbought, maka pergerakan IHSG selanjutnya diperkirakan untuk melemah atau koreksi.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular