IMF Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Gegara Corona, Cash is King!

Haryanto, CNBC Indonesia
25 June 2020 11:01
Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) (REUTERS/Yuri Gripas)
Foto: Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) (REUTERS/Yuri Gripas)

Sentimen negatif pasar keuangan global datang dari kabar terbaru Dana Moneter Internasional (IMF) yang memangkas perkiraan ekonominya pada Rabu (24/6/2020). Bahkan laporan dengan judul A Crisis Like No Other, An Uncertain Recovery ini membuat ramalan yang makin buruk soal ekonomi global.

Ekonomi dunia diproyeksi akan -4,9%. Angka ini lebih rendah 1,9 poin persentase dibanding outlook IMF pada April 2020, yakni -3%.

"Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang negatif pada paruh pertama 2020 daripada yang diperkirakan," tulis lembaga itu, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (25/6/2020).

Pemulihan ekonomi diproyeksi akan lebih lambat dan bertahan dari yang diprediksi sebelumnya. Di 2021 ekonomi global diramal 5,4%, atau lebih rendah 6,5 poin persentase dibanding outlook Januari 2020.

"Dampak buruk pada rumah tangga berpenghasilan rendah sangat akut, membahayakan," tulis lembaga itu lagi.

Secara terperinci, negara maju akan mengalami kontraksi 8% di 2020, meski tumbuh 4,8% di 2021. Amerika Serikat akan berkontraksi 8% sedangkan Zona Eropa kontraksi 10,2%. Ekonomi Italia dan Spanyol akan -12,8% sedangkan Prancis -12,5%. Jerman -7,8% sementara Inggris -10,2%. Kanada, akan -8,4%. Sementara ekonomi Jepang -5,8%.

Ekonomi negara berkembang secara general akan minus 3%, dan akan positif kembali 5,9% di 2021. Di mana China di 2020, tetap tumbuh 1%. Namun kawasan Asia lain mencatat kontraksi, seperti India -4,5% dan ASEAN-5 -2%. Khusus di RI, ekonomi di 2020 -0,3%.

Kawasan berkembang Eropa akan -5,8%. dengan Rusia -6,6%. Di Amerika Latin, ekonomi -9,4% secara keseluruhan, di mana ekonomi Meksiko kontraksi 10,5% dan Brasil -9,1%.

Kawasan Arab diramal -4,7%. Ekonomi Sub Sahara Afrika -3,2%. Sedangkan negara dengan pendapat perkapita rendah -1%.

Oleh karena itu, kekhawatiran akan serang gelombang kedua virus corona yang berlanjut serta risiko resesi yang semakin nyata, membuat investor untuk menahan diri dari aset-aset berisiko. Lebih baik bermain sangat aman dengan memegang uang tunai. Cash is king, lebih baik pegang uang untuk jaga-jaga jika kondisi memburuk.

Cash yang dipegang pun bukan sembarang cash, pilihan jatuh kepada dolar AS. Maklum, dolar AS adalah mata uang global. Segala urusan seperti perdagangan, investasi, sampai pembayaran utang dan dividen bisa selesai kalau punya dolar AS.

Permintaan dolar AS yang meningkat membuat nilai tukar mata uang ini menguat. Akibatnya, aset-aset di pasar keuangan melemah karena kurang peminat.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(har/har)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular