IMF Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Gegara Corona, Cash is King!

Haryanto, CNBC Indonesia
25 June 2020 11:01
Ilustrasi Mata Uang
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham global berjatuhan. Dimulai dari Eropa, bursa saham Amerika Serikat (AS) dan Asia menyusul masuk zona merah.

Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York anjlok lebih dari 2%. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) anjlok 710,16 poin atau 2,7% menjadi 25.445,94, Nasdaq Composite jatuh 222,20 poin atau 2,2% menjadi 9.909,17 dan S&P 500 terpeleset 80,96 poin atau 2,6% menjadi 3.050,33.

Sementara bursa saham Eropa juga terperosok pada perdagangan kemarin. Indeks Stoxx Europe 600 merosot 2,8%, DAX Jerman turun 3,4%, CAC Prancis turun 2,9%, dan FTSE 100 AS turun 3,1%.

Dari dalam negeri, bursa saham domestik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga terpantau mengalami penurunan. Hingga pukul 10:00 WIB IHSG anjlok 0,37% ke level 4.946,22, bahkan sempat minus lebih dari 1%.

Penurunan pasar saham membuat harga obligasi pemerinath AS naik, karena imbal hasil (yield) bertenor 10 tahun turun menjadi 0,683% dari 0,712% pada perdagangan sebelumnya, melansir dari Dow Jones Newswires.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

 Penguatan harga obligasi AS juga terdorong oleh penguatan indeks dolar AS yang naik 0,6% ke level 97,21 karena permintaan safe-haven terangkat oleh kebangkitan infeksi virus corona di seluruh AS.

EUR/USD turun 0,5% menjadi 1,1250, GBP/USD merosot 0,9% menjadi 1,2413 dan USD/JPY naik 0,5% menjadi 107,06 artinya mata uang yen melemah terhadap dolar AS. Sementara itu, AUD/USD anjlok 1,0% menjadi 0,6859.

Sementara itu, harga emas dunia yang dianggap sebagai lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi pun juga turut terpangkas pada penutupan perdagangan hari Rabu kemarin (Kamis pagi waktu Indonesia). Harga emas dunia turun sebesar US$ 5,08 atau 0,29% ke level US$ 1.761,43/troy.

Kendati ditutup koreksi, namun harga emas dunia sempat menyentuh harga tertinggi intraday terbaru sejak 7,5 tahun di level US$ 1.779/troy ons.

Koreksi harga emas seiring dengan penurunan aset lainnya yang juga dilepas investor di tengah penguatan dolar AS atau greenback setelah kasus terinfeksi virus corona melonjak kembali.

"Orang-orang hanya menuju uang tunai. Mereka mengurangi investasi dalam portofolio mereka, "kata Michael Matousek, kepala pedagang di Global Investors AS, merespons kenaikan infeksi COVID-19, melansir CNBC International.

Sentimen negatif pasar keuangan global datang dari kabar terbaru Dana Moneter Internasional (IMF) yang memangkas perkiraan ekonominya pada Rabu (24/6/2020). Bahkan laporan dengan judul A Crisis Like No Other, An Uncertain Recovery ini membuat ramalan yang makin buruk soal ekonomi global.

Ekonomi dunia diproyeksi akan -4,9%. Angka ini lebih rendah 1,9 poin persentase dibanding outlook IMF pada April 2020, yakni -3%.

"Pandemi Covid-19 memiliki dampak yang negatif pada paruh pertama 2020 daripada yang diperkirakan," tulis lembaga itu, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (25/6/2020).

Pemulihan ekonomi diproyeksi akan lebih lambat dan bertahan dari yang diprediksi sebelumnya. Di 2021 ekonomi global diramal 5,4%, atau lebih rendah 6,5 poin persentase dibanding outlook Januari 2020.

"Dampak buruk pada rumah tangga berpenghasilan rendah sangat akut, membahayakan," tulis lembaga itu lagi.

Secara terperinci, negara maju akan mengalami kontraksi 8% di 2020, meski tumbuh 4,8% di 2021. Amerika Serikat akan berkontraksi 8% sedangkan Zona Eropa kontraksi 10,2%. Ekonomi Italia dan Spanyol akan -12,8% sedangkan Prancis -12,5%. Jerman -7,8% sementara Inggris -10,2%. Kanada, akan -8,4%. Sementara ekonomi Jepang -5,8%.

Ekonomi negara berkembang secara general akan minus 3%, dan akan positif kembali 5,9% di 2021. Di mana China di 2020, tetap tumbuh 1%. Namun kawasan Asia lain mencatat kontraksi, seperti India -4,5% dan ASEAN-5 -2%. Khusus di RI, ekonomi di 2020 -0,3%.

Kawasan berkembang Eropa akan -5,8%. dengan Rusia -6,6%. Di Amerika Latin, ekonomi -9,4% secara keseluruhan, di mana ekonomi Meksiko kontraksi 10,5% dan Brasil -9,1%.

Kawasan Arab diramal -4,7%. Ekonomi Sub Sahara Afrika -3,2%. Sedangkan negara dengan pendapat perkapita rendah -1%.

Oleh karena itu, kekhawatiran akan serang gelombang kedua virus corona yang berlanjut serta risiko resesi yang semakin nyata, membuat investor untuk menahan diri dari aset-aset berisiko. Lebih baik bermain sangat aman dengan memegang uang tunai. Cash is king, lebih baik pegang uang untuk jaga-jaga jika kondisi memburuk.

Cash yang dipegang pun bukan sembarang cash, pilihan jatuh kepada dolar AS. Maklum, dolar AS adalah mata uang global. Segala urusan seperti perdagangan, investasi, sampai pembayaran utang dan dividen bisa selesai kalau punya dolar AS.

Permintaan dolar AS yang meningkat membuat nilai tukar mata uang ini menguat. Akibatnya, aset-aset di pasar keuangan melemah karena kurang peminat.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Anjlok 1%, IHSG Babak Belur Dihajar Rilis Data IMF

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular