
Rupiah 2021, Investor di 'Tim' Sri Mulyani atau BI?

Secara teknikal, rupiah berada dalam fase konsolidasi sejak dua pekan lalu, dan kembali berada di atas level psikologis Rp 14.000/US$. Fase konsolidasi semakin terlihat setelah di awal pekan lalu rupiah membentuk pola Doji.
Posisi pembukaan pasar dan penutupan pasar Senin (15/6/2020) sama di Rp 14.050/US$, dan membentuk ekor (tail) yang hampir seimbang ke atas dan bawah. Secara teknikal, rupiah disebut membentuk pola Doji, dan berarti pasar sedang ragu kemana arah pasar selanjutnya.
Terbukti, setelah membentuk Doji, rupiah tidak banyak banyak bergerak, sebelum mengalami spike Jumat lalu.
![]() Foto: Refinitiv |
Tekanan terhadap rupiah sebenarnya sudah mulai berkurang melihat indikator stochastic pada grafik sudah keluar dari wilayah jenuh jual (oversold).
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.
Rupiah kemungkinan masih akan bergerak di dekat psikologis Rp 14.000/US$. Peluang rupiah ke Rp 13.565/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 100% masih terbuka, selama bertahan di bawah Rp 14.730/US$ (Fibonnaci Retracement 61,8%).
Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Untuk jangka panjang, dalam arti hingga tahun depan rupiah memang memiliki ruang untuk menguat.
![]() Foto: Refinitiv |
Dilihat dari grafik bulanan rupiah saat ini berada di dekat garis trend line naik, yang akan menjadi penahan jika rupiah terus menguat. Trend line tersebut juga berada di dekat level terkuat tahun ini.
Mata Uang Garuda juga berada di dekat indikator rerata pergerakan 50 bulan (MA 50), yang berada di kisaran Rp 13.900/US$.
Artinya, untuk jangka panjang support berada di kisaran Rp 13.565 sampai Rp 13.900 per dolar AS, yang akan menjadi penentu apakah rupiah akan menguat atau melemah di tahun depan.
Melihat indikator stochastic bulanan yang berada di dekat wilayah jenuh jual, rupiah kemungkinan besar sulit menembus support tersebut. Artinya rupiah masih akan bergerak di atas Rp 13.565/US$. Tetapi jika support tersebut pada akhirnya ditembus secara menyakinkan di grafik bulanan, Mata Uang Garuda berpeluang menguat lebih jauh.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]