Analisis Teknikal

Mengekor Wall Street, Bisa Gak IHSG Tembus 5.000 Hari Ini?

Haryanto, CNBC Indonesia
23 June 2020 08:21
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (23/6/2020) berpotensi menguat mengikuti lonjakan bursa saham Wall Street AS di tengah optimisme bahwa ekonomi AS akan segera pulih dari kemunduran yang disebabkan oleh virus corona.

Sebelumnya, pada perdagangan Senin kemarin (22/6/2020) IHSG terkoreksi 23,44 poin atau 0,47% ke level 4.918,83 akibat kekhawatiran terhadap penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang kembali meluas.

Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah pasien positif corona di seluruh dunia per 21 Juni adalah 8.708.008 orang. Bertambah 183.020 (2,15%) orang dibandingkan hari sebelumnya dan menjadi rekor tertinggi sejak WHO mendokumentasikan kasus corona pada 21 Januari. Sementara pertumbuhan 2,15% menjadi laju paling cepat sejak 18 Juni.

Berdasarkan catatan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi pada perdagangan Senin kemarin mencapai Rp 6,62 triliun, investor asing kembali jual bersih (net sell) sebesar Rp 513,64 miliar di pasar reguler dan negosiasi. Ada sebanyak 257 saham yang mencatatkan penurunan, sementara naik sebanyak 145 saham dan stagnan sebanyak 169.

Saham-saham yang mengalami penurunan di antaranya PT Bukit Asam Tbk (PTBA) (-6,58%), PT United Tractors Tbk (UNTR) (-5,32%), PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) (-4,70%), Sedangkan PT Diamond Citra Propertindo Tbk (DADA) (-3,73%) dan PT Bintang Oto Global Tbk (BOGA) (-3,72%).

Penurunan IHSG ini datang setelah kehidupan new normal yang mulai diberlakukan sejumlah Negara memberikan konsekuensi peningkatan penularan virus corona. Oleh karena itu, muncul kekhawatiran bahwa jikalau kasus corona terus bertambah dalam jumlah yang signifikan, maka social distancing akan kembali diketatkan.

Ketika aktivitas sangat terbatas, maka sama saja menghentikan laju roda perekonomian. Harapan new normal akan membawa pemulihan ekonomi mulai paruh kedua 2020 menjadi buram. Ketidakpastian masih sangat tinggi, karena ada risiko social distancing kembali digalakkan.

Sementara dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Senin kemarin (Selasa pagi waktu Indonesia) ditutup menguat.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 153,50 poin atau 0,6% menjadi 26.024,96 dan S&P 500 naik 20,12 poin atau 0,7% menjadi 3.117,86, sementara Nasdaq melonjak 110,35 poin atau 1,1% menjadi 10.056,47.

Penguatan bursa Wall Street datang ketika para pelaku pasar terus menyatakan optimisme bahwa ekonomi AS akan segera pulih dari kemunduran yang disebabkan oleh virus corona.

Hal ini tercermin dari rilis data penjualan ritel dan ketenagakerjaan yang baru-baru ini dilaporkan jauh melampaui perkiraan, membantu memperkuat harapan pemulihan berbentuk V bahkan ketika sebagian besar ekonom mendesak agar berhati-hati.

Pada catatan pukul 07:40 WIB, kontrak berjangka (futures) indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,37% pada 26.048, sedangkan S&P 500 menguat 0,31% menjadi 3.120 dan Nasdaq Composite 100 naik 0,16% pada 10.141.

Pada perdagangan pagi ini Selasa (23/6/2020) apresiasi bursa Wall Street kemungkinan menjadi daya dorong IHSG masuk zona hijau.

 

Analisis TeknikalFoto: Revinitif
Analisis Teknikal

 

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG masih berada di area support, dengan garis BB yang sedikit melebar maka pergerakan selanjutnya cenderung menurun.

Untuk melanjutkan penurunan dari sesi sebelumnya, perlu melewati level support selanjutnya yang berada di area 4.895 hingga area 4.840. Sementara untuk merubah bias menjadi bullish perlu melewati level resistance yang berada di area 4.950 hingga area 5.000.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang berpotongan di wilayah positif, maka kecenderungan pergerakan IHSG masih untuk koreksi.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI berada di area 34 setelah sempat menyentuh area 20 yang sekaligus menjadi area jenuh jual atau oversold, artinya pergerakan selanjutnya cenderung untuk rebound atau naik.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator garis BB yang sedikit melebar dan berada di area support dikombinasikan dengan RSI yang sudah oversold, maka pergerakan IHSG selanjutnya diperkirakan untuk sedikit koreksi sebelum rebound atau memantul.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular