
Skandal Wirecard: Duit Raib Rp 30 T di Asia, Saham Jatuh 44%

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan pemroses pembayaran dan penyedia jasa keuangan Jerman yang terdaftar di Bursa Frankfurt, Wirecard AG, terjerat megaskandal miliaran euro atau triliunan rupiah. Saham perusahaan pun jatuh hingga 44% dalam sehari perdagangan di awal pekan, Senin (22/6/2020).
Data perdagangan mencatat, saham Wirecard terjerembab 44,07% di level 14,44 euro/saham atau Rp 228.000/saham (asumsi kurs Rp 15.824/euro). Penurunan tajam saham berkode WDI ini terjadi setelah perusahaan pembayaran asal Jerman ini mengungkapkan ada kemungkinan dana 1,9 miliar euro (US$ 2,1 miliar) atau setara Rp 30 triliun uang kas hilang dari neraca keuangan perusahaan.
Wirecard AG adalah pemroses pembayaran dan penyedia jasa keuangan Jerman yang terdaftar di bursa Jerman dan berkantor pusat di Aschheim, kota di distrik Munich.
Hilangnya kas ini terungkap setelah dilakukan audit oleh EY pada pekan lalu. Dalam pernyataannya, dilansir CNBC International, manajemen Wirecard menyatakan pihaknya tengah mencermati saldo kas yang tidak terhitung yang ditandai oleh auditor di EY dengan kalimat "tidak ada." Dana yang hilang tersebut mewakili sekitar seperempat neraca Wirecard.
Pencarian uang tunai yang hilang ini tampaknya menemui jalan buntu setelah dua bank di Asia yang diduga memegang uang tunai yang hilang tersebut, yakni BDO Unibank Inc dan BPI (Bank of Philippine Islands) Filipina, keduanya membantah sebagai pengguna Wirecard.
Selain itu, bank sentral Filipina, Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), juga mengatakan pada Minggu bahwa uang itu bahkan belum memasuki sistem keuangan negara tersebut.
"Laporan awal adalah bahwa tidak ada uang masuk ke Filipina," kata Benjamin Diokno, Gubernur BSP, Minggu, dilansir CNBC. Dia juga menambahkan bahwa alasan mencatu dua bank Filipina yakni BDO dan BPI digunakan "dalam upaya untuk menutupi jejak para pelaku."
Baik BDO maupun BPI mengatakan bahwa oknum karyawan nakal yang memalsukan dokumen untuk menunjukkan keberadaan dana tersebut. Ketika dihubungi oleh CNBC hari Senin, juru bicara Wirecard mengatakan "saat ini perusahaan tidak membuat pernyataan lebih lanjut."
Pengakuan bahwa uang itu mungkin tidak ada adalah kabar meresahkan bagi Wirecard, yang tengah berjuang untuk bertahan hidup di tengah skandal akuntansi ini.
Skandal Wirecard berawal dari pemeriksaan pembukuan yang dilakukan konsultan dan auditor global, EY, ketika mengaudit laporan neraca Wirecard. Pada Minggu yang lalu, EY menolak neraca 2019 Wirecard dan mengatakan, mereka tidak bisa menemukan dana 1,9 miliar euro yang menurut pembukuan perusahaan "diparkir" di Asia.
CEO Wirecard Markus Braun sebelumnya juga tiba-tiba mengundurkan diri pada Jumat, sehari setelah perusahaan mengatakan EY telah menolak untuk menandatangani akun laporan keuangan 2019 yang telah diaudit itu. Sebelum keluar, Braun mengatakan bahwa Wirecard kemungkinan menjadi korban penipuan yang "cukup besar".
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Jerman Stagnan di Kuartal Akhir 2019