Corona Tak Surutkan Produksi & Transisi Tambang Freeport

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia (PTFI) menegaskan kegiatan tambangnya tetap berjalan meski dilanda pandemi corona (Covid-19). Selain itu, PTFI juga memastikan jika transisi tambang bawah tanah mereka tidak berhenti.
Direktur Utama Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan jika masa transisi tambang bawah tanah sudah dimulai sejak tahun 2019. Pada tahun 2021 diproyeksikan tambang bawah tanah beroperasi 75%.
"Tahun 2022 100% beroperasi penuh. Tahun 2021 produksi 110 ribu ton perhari, lalu 160 ribu ton per-hari. Nah di tahun 2022 bisa 200 ribu ton per hari," kata Tony dalam diskusi virtual medcom.id, Minggu (21/6).
Lebih lanjut ia mengatakan, kontribusi pada roda perekonomian harus terus berjalan. Sehingga pihaknya tetap menjaga operasinya meski di tengah pandemi. Ia menyebut PTFI merupakan 90% pendapatan daerah Mimika dan merupakan pendapatan 45% dari Papua.
"Kita harus berproduksi , pendapatan Rp 2 triliun kita setor ke pemerirntah pusat berupa pajak, PNPB, dan pungutan lainnya. Belum lagi multipler effect beroperasinya Freeport Indonesia," tegasnya.
Soal upaya pencegahan penyebaran virus ia menyebut dilakukan penyesuaian-penyesuaian. Mulai dari jumlah tenaga kerja menggunakan protokol new normal. PTFI, imbuhnya, memiliki peran penting dalam menjaga roda perekonomian.
Menurutnya PTFI memiliki banyak karyawan mencapai 25 ribu, jika semua karyawan ini berhenti maka dampaknya akan besar. Ini menjadi alasan kenapa pemerintah mempertahankan benar sektor tambang ini. Meski demikian PTFI tetap khawatir dengan penyebaran virus, sehingga menjalankan protokol Covid-19.
"Di sisi lain, kita sangat khawatir juga 25 ribu orang kerja dalam satu area, potensi munculnya 1 cluster itu sangat besar," paparnya.
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob)