
Tanpa Perlawanan, Rupiah Digebuk Hingga ke Atas Rp 14.100/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (22/6/2020). Memburuknya sentimen pelaku pasar memicu aksi ambil untung yang membuat rupiah terpukul.
Rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.050/US$, tetapi tidak lama langsung masuk ke zona merah. Depresiasi mata uang Garuda berlanjut dan tidak sekalipun mampu masuk ke zona hijau. Rupiah tanpa perlawanan, dan akhirnya mengakhiri perdagangan di level Rp 14.110/US$, melemah 0,43% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Dengan pelemahan tersebut, rupiah menjadi mata uang terburuk di Asia pada perdagangan hari ini.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:14 WIB.
Sentimen pelaku pasar memburuk setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pandemi penyakit virus corona (Covid-19) kini berada dalam "fase baru dan berbahaya".
"Pandemi semakin cepat. Lebih dari 150 ribu kasus baru Covid-19 dilaporkan ke WHO kemarin - jumlah paling banyak dalam satu hari sejauh ini," sebut Tedros dalam konferensi pers virtual pada Jumat (19/6) waktu setempat.
Menurutnya hampir separuh dari kasus baru yang dilaporkan ke WHO itu berasal dari kawasan Amerika, dengan sejumlah besar juga dilaporkan dari Asia Selatan dan Timur Tengah.
Gelombang kedua Covid-19 kini memang sedang mengintai. China, negara asal virus corona dan sebelumnya sudah sukses meredam penyebarannya kini kembali menghadapi peningkatan kasus.
Tetapi episenter penyebaran Covid-19 kini berada di ibu kota Beijing. Setelah 50 hari tanpa transmisi lokal Covid-19 alias nol kasus, Beijing akhirnya melaporkan kasus pertama pada Jumat (12/6/2020). Komisi Kesehatan Nasional China hari ini melaporkan ada 18 kasus Covid-19 baru, 9 di antaranya ada di Beijing.
Sehingga jika di total jumlah kasus di Beijing saat ini sebanyak 236 orang.
Kluster Covid-19 di Beijing berada di pasar Xinfadi, yang merupakan pasar tradisional terbesar di Beijing. Sehingga risiko semakin banyak orang yang terjangkit cukup tinggi. Pasar Xinfadi tersebut juga jauh lebih besar dari pasar di kota Wuhan yang menjadi awal munculnya virus corona hingga menjadi pandemi.
Amerika Serikat (AS) juga melaporkan rekor penambahan kasus per hari di beberapa Negara Bagian. Kemudian dari Australia, Negara Bagian Victoria kembali mengetatkan kebijakan social distancing setelah terjadi peningkatan kasus.
Dari Eropa, Jerman tingkat reproduksi (Rt) Covid-19 pada hari Minggu naik menjadi 2,88 dari sebelumnya 1,79. Artinya 1 orang yang terinfeksi Covid-19 dapat menularkan ke 2,88 orang, atau dari 100 orang dapat menularkan ke 288 orang.
Penambahan kasus Covid-19 tersebut terjadi setelah kebijakan lockdown di longgarkan, sehingga pelaku pasar menjadi berhati-hati mengingat hampir semua negara kini melonggarkan kebijakan lockdown.
