
Berlari Sendirian, IHSG Terbaik Di ASEAN Pekan ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat di pekan ini, setelah pada pekan lalu menghentikan rentetan penguatan 3 minggu beruntun. Dalam sepekan, bursa kebanggaan tanah air ini menguat 1,27% ke 4.942,275.
Penguatan IHSG tersebut terbilang tajam jika dibandingkan dengan bursa di kawasan ASEAN. Bahkan IHSG berlari sendirian, sementara indeks saham lainnya berguguran. Hanya Indeks Vietnam yang ikut menguat bersama IHSG, tetapi persentasenya masih jauh di bawah.
Berikut pergerakan bursa saham di kawasan ASEAN pekan ini.
Perjalanan IHSG di pekan ini tidak mulus, sebabnya sentimen pelaku pasar sedang kurang bagus akibat adanya risiko penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19) gelombang kedua.
China, negara asal virus corona kini menghadapi risiko tersebut. Setelah 50 hari tanpa transmisi lokal Covid-19 alias nol kasus, Beijing akhirnya melaporkan kasus pertama pada Jumat pekan lalu. Sejak saat itu hingga saat ini, jumlah kasus Covid-19 di Beijing nyaris mencapai 200 orang.
Kluster Covid-19 di Beijing berada di pasar Xinfadi, yang merupakan pasar tradisional terbesar di Beijing. Sehingga risiko semakin banyak orang yang terjangkit cukup tinggi. Pasar Xinfadi tersebut juga jauh lebih besar dari pasar di kota Wuhan yang menjadi awal munculnya virus corona hingga menjadi pandemi.
"Risiko penyebaran virus corona sangat besar dan sulit untuk mengontrolnya. Kita tidak bisa mengabaikan akan adanya penambahan kasus dalam beberapa waktu ke depan," kata Pang Xinghuo, pejabat senior pengendali penyakit, sebagaimana dilansir Reuters.
Otoritas terkait sudah meliburkan semua sekolah Beijing. Bar, restoran dan klub malam juga untuk sementara tidak diizinkan beroperasi. Selain itu, penerbangan pesawat komersial juga dibatasi. Taxi, car-hailing hingga bus rute jarak jauh juga dilarang beroperasi mulai Selasa lalu.
Dalam sistem tanggap darurat virus corona, Beijing kini kembali berada di level 2, satu strip di bawah level tertinggi. Sebanyak 32 wilayah di Beijing ditetapkan memiliki risiko medium terjangkit Covid-19. Warga yang berada di wilayah dengan risiko medium hingga tinggi dilarang pergi meninggalkan Beijing.
Meski demikian, Beijing masih belum dikarantina (lockdown) hanya ada pembatasan kegiatan masyarakatnya. Tetapi jika jumlah kasus terus meningkat, bukan tidak mungkin lockdown kembali diterapkan, yang tentunya akan memukul kembali perekonomian global yang sedang berusaha bangkit.
Tidak hanya China, Amerika Serikat juga mengalami lonjakan kasus Covid-19. Di beberapa negara bagian bahkan mencetak rekor penambahan kasus per hari. Meski AS sebelumnya menyatakan tidak akan melakukan lockdown lagi, tetapi lonjakan kasus dapat membuat kegiatan warganya kembali dibatasi seperti China, sehingga pemulihan ekonomi akan berjalan lebih lambat lagi.
Sementara itu dari dalam negeri, sentimen positif datang dari Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuannya.
Gubernur BI, Perry Warjiyo pada hari Kamis mengumumkan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 4,25% atau turun 25 basis poin (bps) dari sebelumnya.
Perry bersama dengan Dewan Gubernur lainnya memandang kebijakan untuk menurunkan bunga acuan 25 bps tersebut sejalan dan konsisten dengan upaya menjaga stabilitas perekonomian di era Covid-19 ini.
"Rapat Dewan Gubernur BI pada 17-18 Juni 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,25%. Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi pada era Covid-19," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam keterangan pers usai RDG BI edisi Juni 2020, Kamis (18/6/2020).
Tidak hanya itu, BI juga membuka peluang untuk kembali menurunkan suku bunga ke depannya. Ini karena tekanan inflasi domestik yang rendah, tekanan eksternal yang mereda, dan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.
Dengan diturunkannya suku bunga tentunya berdampak bagus bagi perekonomian Indonesia yang sedang merosot. Penurunan suku bunga BI diharapkan akan turut menurunkan suku bunga kredit.
Suku bunga kredit yang lebih rendah tentunya akan menarik bagi dunia usaha maupun rumah tangga untuk mengambil pinjaman, sehingga roda perekonomian kembali berputar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500