
Wall Street Ditutup Variatif, Saham Farmasi Jadi Penolong

Jakarta, CNBC Indonesia - Tiga indeks utama di bursa Wall Street Amerika Serikat (AS) ditutup variatif pada perdagangan dini hari tadı malam, Jumat waktu AS (19/6/2020), atau Sabtu pagi waktu Indonesia (20/6) seiring dengan masih tingginya tensi AS-China.
Data perdagangan mencatat, hanya Indeks Nasdaq yang menguat sendirian, 0,03% di level 9.946, sementara dua indeks utama lainnya yakni Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ambles 0,0% di posisi 25.871 dan S&P 500 ditutup minus 0,56% di level 3.097.
Saham-saham pendorong penguatan Nasdaq di antaranya Biomarin Pharmaceutical Inc melesat 9,04%, Incyte Corp 8,25% dan Regeneron Pharmaceutical 7,79%.
Sementara di DJIA, saham-saham penekannya yakni Walt Disneys -3,39%, Raytheon Technologies -2,97%, dan Boeing -2,79%. Saham-saham penekan kejatuhan S&P adalah Ventas Inc -9%, Welltower -8,6%, dan L Brands minus -7,2%.
Tadi malam, bursa saham AS padahal dibuka menguat, merespons kabar bahwa China bakal mematuhi kesepakatan dagang fase 1 di tengah tingginya tensi geopolitik dua ekonomi terbesar dunia itu.
DJIA dibuka menguat 315 poin (+1,2%) pada pembukaan pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan 20 menit kemudian surut menjadi 259 poin (+0,97%) ke 26.329,65. Indeks Nasdaq naik 103,38 poin (+1,04%) ke 10.046,83 dan S&P 500 tumbuh 32,71 poin (+1,1%) ke 3.148,67.
Bloomberg melaporkan bahwa China sedang bersiap membeli produk pertanian AS sebagai bagian dari kesepakatan dagang fase satu. Laporan tersebut menurunkan kecemasan bahwa hubungan dagang keduanya akan berantakan di tengah perang urat syaraf terkait asal Covid-19.
Klaim pengangguran mingguan AS untuk pekan lalu tercatat sebanyak 1,508 juta, atau lebih buruk dari proyeksi ekonom dalam polling Dow Jones sebanyak 1.3 juta orang. Beberapa saham yang terkait dengan pembukaan kembali perekonomian seperti maskapai tercatat menguat .
Beberapa negara bagian di AS mencatatkan kenaikan angka pasien yang terinfeksi virus corona. Arizona, Texas, California, dan Florida melaporkan lonjakan kasus baru tertinggi harian pada Kamis kemarin.
Investor pun cemas bahwa kenaikan kasus corona bakal berujung pada kebijakan karantina yang lebih ketat untuk menekan penyebaran virus, sehingga membuyarkan ekspektasi akan pemulihan ekonomi.
"Reli beberapa bulan terakhir berpeluang membawa bursa saham mendekati rekor tertingginya, tetapi investor berjuang mempertemukan antara momentum penguatan dan pesan yang kurang optimistis beberapa bulan ke depan," tutur Lindsey Bell, Kepala Perencana Investasi Ally Invest kepada CNBC International.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Stimulus Jumbo! Wall Street Rekor, Saham Facebook dkk Meroket