
Dulu "Disemprit" Jokowi Kini Sri Mulyani, Rupiah Sekuat Apa?

Secara teknikal, rupiah memiliki ruang penguatan hingga ke level terkuat di tahun ini Rp 13.565/US$.
Mata Uang Garuda saat ini sedang berada dalam fase konsolidasi sejak pekan lalu. Fase konsolidasi semakin terlihat setelah di awal pekan rupiah membentuk pola Doji.
Posisi pembukaan pasar dan penutupan pasar Senin (15/6/2020) sama di Rp 14.050/US$, dan membentuk ekor (tail) yang hampir seimbang ke atas dan bawah. Secara teknikal, rupiah disebut membentuk pola Doji, dan berarti pasar sedang ragu kemana arah pasar selanjutnya.
Terbukti, setelah membentuk Doji, rupiah tidak mampu jauh-jauh dari level psikologis Rp 14.000/US$.
![]() Foto: Refinitiv |
Indikator stochastic pada grafik sudah keluar dari wilayah jenuh jual (oversold), sehingga tekanan jual rupiah menjadi berkurang.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.
Level psikologis Rp 14.000/US$ menjadi kunci pergerakan rupiah dalam jangka panjang. Selama tertahan di atasnya, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.300/US$ sebelum menuju Rp 14.730/US$ (Fibonnaci Retracement 61,8%).
Sebaliknya jika mampu bertahan di bawah Rp 14.000/US$ rupiah berpeluang menguat ke Rp 13.565/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 100%.
Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
Sampai akhir tahun nanti, rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp 13.565 - 14.730/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)[Gambas:Video CNBC]
