Trump & The Fed Bikin Dana Asing Rp 7 T Keluar dari RI

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
19 June 2020 12:15
Pengunjung melintas dan mengamati pergerakan layar elektronik di di Jakarta, Selasa (2/1/2018).
Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Modal asing rupanya sedang meninggalkan tanah air dalam sepekan terakhir, baik dari pasar saham maupun pasar obligasi. Tercatat dana asing yang keluar sekitar Rp 7,36 triliun dalam sepekan terakhir.

Rinciannya, dari pasar saham hingga perdagangan sesi I hari ini, Jumat (19/6/2020), total nilai net sell mencapai Rp 2,23 triliun di seluruh pasar. Jika dihitung selama tahun berjalan (year to date), total net sell asing mencapai Rp 11,79 triliun di semua pasar, sementara di pasar regular mencapai Rp 28,91 triliun.

Sementara itu, dari pasar obligasi dalam sepekan dari 10-17 Juni 2020, dana asing yang keluar dari pasar obligasi Indonesia mencapai Rp 5,13 triliun. Total net sell asing di pasar obligasi Indonesia selama periode tahun berjalan Rp 129,32 triliun.

Investor asing tampaknya menarik dana dari pasar negara berkembang (emerging market), termasuk Indonesia, setelah Pemerintah Amerika Serikat dan Bank Sentralnya (The Federal Reserve/The Fed), menggelontorkan mega stimulus.

Pemerintahan AS di bawah kendali Donald Trump bakal menggelontorkan stimulus di sektor infrastruktur hingga US$ 1 triliun.

Menurut Bloomberg News, Trump menyiapkan stimulus terbaru yang fokus untuk membangun jalan, jembatan, terowongan, jaringan 5G.

Dikutip dari Forbes yang melansir Bloomberg, Kamis (18/6/2020), ini bukan kali pertama Donald Trump merencanakan proyek fantastis infrastruktur.

Pada 2015, saat kampanye, Trump mengungkapkan bakal menggenjot infrastruktur dan pada 2017 saat tahun pertama ia menjabat investasi di infrastruktur yang disiapkan mencapai US$ 2 triliun.

Sementara itu The Fed, sejak Senin lalu mulai melakukan pembelian terhadap obligasi perusahaan di pasar sekunder sebagai bagian dari program kredit korporasi pasar sekunder senilai US$ 750 miliar atau Rp 10.548,1 triliun (kurs Rp 14.064/US$) yang di danai oleh The Coronavirus Aid, Relief, and Economic Security (CARES) Act yang sudah disetujui oleh kongres Maret lalu.

Di bawah aturan terbaru, The Fed siap membeli obligasi perusahaan yang memiliki tingkat jatuh tempo di bawah 5 tahun. Pembelian ini akan dilakukan bersamaan dengan Exchange Traded Funds (ETF) yang akan terus dibeli The Fed.

Selanjutnya The Fed juga sudah siap menampung obligasi perusahaan tidak hanya dari pasar sekunder tapi dari pasar primer juga alias langsung dari perusahaan yang menerbitkan obligasi.

Ketika perusahaan ingin meminjam uang, mereka bisa saja menerbitkan obligasi. Pembeli dari obligasi tersebut secara langsung meminjamkan perusahaan tersebut uang.

Saat ini The Fed siap membeli berbagai jenis obligasi perusahaan di berbagai sektor apabila obligasi tersebut memenuhi standar yang ditetapkan The Fed.

Dengan adanya program ini perusahaan tidak perlu menunggu perputaran uang dari institusi finansial dulu dan langsung mendapatkan dana segar dari The Fed dan dapat langsung membantu Main Street (Perekonomian riil AS).

"The Fed mencoba untuk membantu karena mereka tahu ketidakpastian yang menanti ekonomi tahun ini," ujar Christopher Whalen, Direksi dari Whalen Global Advisors.

Tentunya tujuan dari program ini adalah harapan The Fed bahwa dengan adanya program ini perusahaan yang kekurangan dana dapat tetap berdiri dan tidak memecat pegawainya, bahkan diharapkan memanggil kembali pegawai yang sebelumnya dirumahkan.

Akan tetapi tidak semua perusahaan bisa menjual obligasi kepada The Fed, hanya perusahaan dengan rating obligasi di atas BBB- atau Baa3 per 22 Maret, sebelum The Fed mengumumkan program kredit ini.

Untuk perusahaan yang memiliki rating BBB- atau Baa3 per 22 Maret akan tetapi sekarang sudah mengalami penurunan, penurunan minimal terjadi sampai BB- atau Ba3.

Perusahaan yang menerbitkan obligasi juga tidak boleh pernah menerima dukungan secara spesifik dari CARES Act atau lembaga federal lainya dan tidak boleh ada konflik kepentingan dalam penjualan obligasi tersebut.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI), hingga saat ini belum banyak melakukan operasi moneter secara langsung. Hari ini, BI hanya memotong suku bunga acuan atau BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,25%.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Dunia Gelap' 2023 Nyata! Asing Kabur Bawa Rp 167,82 dari RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular