
Virus Corona Serang Ibu Kota China, Apa Kabar Kurs Yuan?

Jakarta, CNBC Indonesia - China kembali menghadapi "serangan" virus corona, kali ini menimpa Beijing. Saat pertama kali dilaporkan adanya kasus baru di Beijing pada Jumat (12/6/2020) pekan lalu, kurs yuan langsung melemah melawan dolar AS, tetapi kini kembali menguat bahkan sejak 2 hari terakhir.
Pada pukul 12:28 WIB, yuan menguat 0,17% ke 7.0724/US$ di pasar spot melansir data Refinitiv. Dalam 2 hari sebelumnya, yuan menguat tipis masing-masing 0,05% dan 0,02%.
Sementara melawan rupiah, yuan hari ini menguat 0,22% di Rp 1.983,26/CNY, tetapi masih belum jauh dari level terendah 2 tahun Rp 1.982,79/CNY yang disentuh pada 5 Juni lalu.
Pada hari Selasa (16/6/2020) tercatat kasus penyakit akibat virus corona (Covid-19) sebanyak 31 kasus baru, sehingga total ada 137 kasus sejak Jumat pekan lalu. Kenaikan kasus Covid-19 tersebut menjadi yang terburuk di Beijing dalam empat bulan terakhir.
Kluster Covid-19 di Beijing berada di pasar Xinfadi, yang merupakan pasar tradisional terbesar di Beijing. Sehingga risiko semakin banyak orang yang terjangkit cukup tinggi. Pasar Xinfadi tersebut juga jauh lebih besar dari pasar di kota Wuhan yang menjadi awal munculnya virus corona hingga menjadi pandemi.
"Risiko penyebaran virus corona sangat besar dan sulit untuk mengontrolnya. Kita tidak bisa mengabaikan akan adanya penambahan kasus dalam beberapa waktu ke depan," kata Pang Xinghuo, pejabat senior pengendali penyakit, sebagaimana dilansir Reuters.
Sejak hari Minggu lalu, pemerintah China sudah melakukan tes terhadap 356.000 orang.
Otoritas terkait sudah meliburkan semua sekolah Beijing. Bar, restoran dan klub malam juga untuk sementara tidak diizinkan beroperasi. Selain itu, penerbangan pesawat komersial juga dibatasi. Taxi, car-hailing hingga bus rute jarak jauh dilarang beroperasi mulai Selasa lalu.
Dalam sistem tanggap darurat virus corona, Beijing kini kembali berada di level 2, satu strip di bawah level tertinggi. Sebanyak 32 wilayah di Beijing ditetapkan memiliki risiko medium terjangkit Covid-19. Warga yang berada di wilayah dengan risiko medium hingga tinggi dilarang pergi meninggalkan Beijing.
Meski demikian, Beijing masih belum dikarantina (lockdown) hanya ada pembatasan kegiatan masyarakatnya. Perusahaan dan pabrik juga dihimbau untuk tidak menghentikan operasinya. Hal tersebut membuat kurs yuan masih mampu menguat.
Selain itu, yuan mendapat momentum penguatan pada hari ini setelah Wakil Perdana Menteri China, Liu He, dalam sebuah forum menyatakan China seharusnya menerapkan kebijakan moneter yang lebih fleksibel, menjaga likuiditas yang cukup sehingga perekonomian bisa semakin membaik.
Pernyataan Liu tersebut memunculkan ekspektasi di pasar akan adanya stimulus moneter tambahan dari negara dengan nilai ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
