
Tunggu Pengumuman dari Thamrin, Rupiah Bergerak Tipis-tipis

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan perdagangan Kamis (18/6/2020), meski tipis-tipis. Sentimen positif dan negatif dari eksternal mewarnai pergerakan rupiah, sementara dari dalam negeri, pelaku pasar menanti pengumuman suku bunga dari Bank Indonesia (BI).
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah hari ini membuka perdagangan di level Rp 14.025/US$, sama dengan penutupan perdagangan kemarin. Setelahnya rupiah menguat 0,18%, menyentuh level "keramat" atau psikologis Rp 14.000/US$. Tetapi setelahnya rupiah mengendur dan berada di level Rp 14.020/US$ atau menguat tipis 0,04% pada pukul 12:00 WIB.
Sentimen positif belakangan ini datang dari Negeri Paman Sam. Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada Senin tengah malam waktu Indonesia mengumumkan akan membeli obligasi perusahaan di pasar sekunder melalui program Secondary Market Corporate Credit Facility (SMCCF) mulai Selasa (16/6/2020).
Program tersebut sudah diumumkan pada 23 Maret lalu, dan merupakan salah satu dari beberapa fasilitas yang dikeluarkan The Fed guna meredam dampak pandemi penyakit virus corona (Covid-19) ke perekonomian.
Pengumuman tersebut membuat mood pelaku pasar membaik, dan kembali mengalirkan modalnya ke nagara emerging market yang memberikan imbal hasil tinggi.
Tidak sampai di situ, kemarin The Fed sekali lagi memberikan hawa segar ke pasar finansial. Ketua The Fed, Jerome Powell, kemarin di hadapan Kongres AS menyatakan suku bunga akan ditahan dekat 0% dalam waktu yang cukup lama.
Tetapi, pelaku pasar kini sedikit waspada akan penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19) gelombang kedua.
China, negara asal virus corona, kini kembali mengalami peningkatan kasus Covid-19. Kali ini episenter berada di Beijing. Kemarin, ada tambahan 31 kasus baru, sehingga total ada 137 kasus sejak pertama kali dilaporkan pada Jumat (12/6/2020) pekan lalu.
Akibatnya, beberapa penerbangan dibatalkan, sekolah diliburkan, dan pengunjung dari luar kota dibatasi. Peningkatan kasus tersebut membuat pelaku pasar waspada akan kemungkinan penerapan lockdown lagi di China, yang tentunya akan memukul pertumbuhan ekonomi global.
Tidak hanya di China, di Negeri Paman Sam juga terjadi hal yang sama. Negara Bagian Texas melaporkan penambahan kasus sebanyak 2.793 orang atau 11% dari total kasus yang ada Rabu kemarin. Sebelumnya pada hari Selasa, tercatat kasus baru sebanyak 2.518.
Penambahan kasus tersebut terjadi setelah AS melonggarkan kebijakan lockdown, dalam beberapa pekan terakhir.
Jika sampai terjadi penyebaran gelombang kedua, dan kebijakan lockdown kembali diterapkan, perekonomian global tentunya terancam semakin merosot.
Sementara itu dari dalam negeri, BI hari ini akan mengumumkan suku bunga, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan median BI 7 Day Reverse Repo Rate berada di 4,25%. Artinya suku bunga turun 25 basis poin (bps) dari posisi saat ini.
Penurunan suku bunga tentunya berdampak bagus bagi perekonomian Indonesia yang sedang merosot. Penurunan suku bunga BI diharapkan akan turut menurunkan suku bunga kredit.
Suku bunga kredit yang lebih rendah tentunya akan menarik bagi dunia usaha maupun rumah tangga untuk mengambil pinjaman, sehingga roda perekonomian kembali berputar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
