Analisis Teknikal

Rp 14.000/US$ masih jadi Level "Keramat" Bagi Rupiah

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 June 2020 08:57
Dollar-Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah tipis 0,04% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.025/US$ pada perdagangan Rabu kemarin. Level "keramat" alias psikologis Rp 14.000/US$ terbukti sulit dilewati, rupiah kini sudah 4 hari berada di atas level tersebut.

Secara teknikal, rupiah berada dalam fase konsolidasi sejak pekan lalu, meski kembali berada di atas level psikologis Rp 14.000/US$. Fase konsolidasi semakin terlihat setelah di awal pekan rupiah membentuk pola Doji.

Posisi pembukaan pasar dan penutupan pasar Senin (15/6/2020) sama di Rp 14.050/US$, dan membentuk ekor (tail) yang hampir seimbang ke atas dan bawah. Secara teknikal, rupiah disebut membentuk pola Doji, dan berarti pasar sedang ragu kemana arah pasar selanjutnya.

Terbukti, setelah membentuk Doji, rupiah tidak banyak bergerak dalam 2 hari terakhir.

Indikator stochastic pada grafik sudah keluar dari wilayah jenuh jual (oversold), sehingga tekanan jual rupiah menjadi berkurang.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.

Level psikologis Rp 14.000/US$ menjadi kunci pergerakan hari ini, selama tertahan di atasnya, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.150/US$ sampai Rp 14.300/US$.

Sebaliknya jika mampu kembali dijebol, rupiah berpeluang menguat ke Rp 13.920/US$

Sementara untuk jangka lebih panjang, peluang rupiah ke Rp 13.565/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 100% masih terbuka, selama bertahan di bawah Rp 14.730/US$ (Fibonnaci Retracement 61,8%).

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv


Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).

Secara fundamental, rupiah kemarin terpeleset akibat Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memprediksi perekonomian global di tahun 2020 akan lebih buruk lagi ketimbang proyeksi sebelumnya di bulan April. Saat itu, IMF memprediksi perekonomian global akan mengalami kontraksi 3% di tahun ini.

Selain itu, kecemasan akan penyebaran gelombang kedua pandemi penyakit virus corona (Covid-19) juga cukup membebani sentimen pelaku pasar.
Tetapi ada juga kabar bagus yang bisa membuat mood pelaku pasar membaik.

Ketua bank sentral AS (The Fed) kemarin di hadapan Kongres AS menyatakan suku bunga akan ditahan dekat 0% dalam waktu yang cukup lama.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular