
RI Mau Terbitkan Sukuk Global, Ini Ratingnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat Moody's pada hari Rabu kemarin (17/6/2020) memberikan peringkat Baa2 dengan outlook stabil untuk sukuk (SBSN) yang berdenominasi dolar AS yang direncanakan untuk di terbitkan oleh pemerintah Indonesia.
Penerbitan sukuk ini melalui perusahaan penerbit Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Indonesia III (PPSI III) di bawah program penerbitan sertifikat kepercayaan yang saat ini bernilai total US$ 25 miliar.
Peringkat tersebut berlaku untuk semua tenor, yaitu yang akan jatuh tempo pada 2025, 2030, dan 2050. Menurut syarat dan ketentuan yang tersedia untuk Moody's, sertifikat perwalian akan merupakan kewajiban langsung, tanpa syarat dan tidak terkoordinasi dari Pemerintah Indonesia (penerbit).
Menurut Moody, kewajiban pembayaran yang diwakili oleh surat berharga yang akan diterbitkan oleh PPSI III adalah peringkat pari passu (sederajat dan pada waktu itu juga) dengan semua utang luar negeri pemerintah Indonesia saat ini dan masa depan tanpa jaminan. Hasil nota dimaksudkan untuk keperluan anggaran umum, termasuk untuk persyaratan pembiayaan.
Peringkat tersebut mencerminkan peringkat penerbit jangka panjang Pemerintah Indonesia untuk Baa2 dengan prospek stabil. Moody's mencatat bahwa peringkat sukuknya tidak menyatakan pendapat tentang kepatuhan struktur terhadap hukum Syariah.
Peringkat Baa2 Indonesia didukung oleh sejumlah kekuatan kredit termasuk tingkat pertumbuhan Indonesia yang kuat dan stabil dan beban utang pemerintah yang rendah, dipertahankan oleh disiplin fiskal yang konsisten dan penekanan pada stabilitas ekonomi makro serta tantangan kredit yang terus-menerus.
Dibandingkan dengan dari basis pendapatan yang sangat lemah yang menghambat keterjangkauan utang, ketergantungan pemerintah pada pendanaan pasar eksternal yang mengekspos neraca dan ekonomi terhadap perubahan sentimen investor asing, dan struktur ekonomi yang tetap rentan terhadap siklus komoditas.
Moody's berharap bahwa reformasi yang bertujuan mengurangi sejumlah kendala struktural ekonomi dan fiskal akan terus berlanjut, meskipun dengan kecepatan yang bertahap, mirip dengan kemajuan yang relatif lambat yang dicapai dalam beberapa tahun terakhir.
Prospek yang stabil mencerminkan risiko yang seimbang di Baa2, terutama terkait dengan kecepatan dan efektivitas reformasi. Sementara penundaan atau pembalikan yang signifikan dalam reformasi akan berisiko merusak potensi pertumbuhan Indonesia dan stabilitas makroekonomi.
Sebaliknya, reformasi yang lebih efektif daripada yang diharapkan Moody akan meningkatkan daya saing, meningkatkan potensi pertumbuhan dan memperkuat posisi eksternal Indonesia.
Sementara pertimbangan sosial tidak terlalu penting untuk profil kredit Indonesia. Tren demografis termasuk pertumbuhan populasi dan rasio ketergantungan yang menurun mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, hasil pendidikan Indonesia berada di bawah standar global dan bertindak sebagai penghambat daya saing, mendorong pemerintah untuk merumuskan rencana kualitas sumber daya manusia.
Selain itu, kekayaan terkonsentrasi dan peringkat Indonesia pada indeks ketimpangan kekayaan masih lemah. Kontras antara faktor-faktor pendukung dan negatif ini ditangkap dalam penilaian kekuatan ekonomi oleh Moody.
Pertimbangan tata kelola yang relevan dengan profil kredit Indonesia ditangkap dalam penilaian Moody tentang kekuatan lembaga dan pemerintahan . Indikator seperti Worldwide Governance Indicators menunjukkan bahwa aturan hukum Indonesia relatif lemah menurut standar global, meskipun membaik dalam beberapa tahun terakhir.
Faktor-faktor yang Dapat Menaikkan atau Menurunkan Peringkat
Seiring waktu, indikasi bahwa langkah-langkah kebijakan fiskal dapat bertahan lama dan secara signifikan meningkatkan pendapatan pemerintah akan memberikan tekanan pada peringkat. Pendapatan yang lebih tinggi akan meningkatkan fleksibilitas fiskal dan menyediakan lebih banyak sarana keuangan langsung bagi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan belanja infrastruktur sosial dan fisik yang besar.
Peningkatan juga akan dihasilkan dari indikasi bahwa potensi Indonesia sedang menguat, menuju tingkat yang sepadan dengan tingkat pertumbuhan penduduk dan tingkat pendapatan negara, termasuk melalui pendalaman pasar keuangan dan peningkatan daya saing.
Tekanan ke bawah akan muncul jika:
1) Bukti menunjukkan bahwa penguatan kerangka kerja dan institusi kebijakan Indonesia terhenti atau berbalik;
2) Terdapat kemunduran yang berarti pada posisi eksternal seperti dari depresiasi mata uang yang berkepanjangan atau arus keluar modal, yang akan memiliki konsekuensi untuk keterjangkauan utang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tekanan Belum Berakhir, Harga Obligasi RI Terkoreksi Lagi