Korut-Korsel Panas, Apa Dampaknya ke Pasar Keuangan Hari Ini?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
17 June 2020 15:47
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in
Foto: The Presidential Blue House/Handout via REUTERS

Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak memanasnya hubungan antara Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) ke pasar keuangan masih terbilang sangat minim. Bahkan tensi geopolitik tersebut cenderung dikesampingkan saat ini.

Korsel melaporkan kantor penghubung antar-Korea telah dihancurkan oleh Korut kemarin, Selasa (16/6/2020). Ketegangan sebenarnya telah terjadi sejak 8 Juni lalu. Korut mengancam akan memutus hubungan dengan Korsel pekan ini.

Kembali panasnya hubungan antara kedua belah pihak ditengarai berawal dari beredarnya selebaran anti pemerintah Kim Jong Un di perbatasan yang dilakukan oleh para aktivis. 

Komunikasi akhirnya benar-benar dihentikan per 9 Juni lalu pukul 12.00 waktu setempat. Hubungan yang terputus mencakup militer, persidangan termasuk jaringan komunikasi antara pemerintah pusat Korut dengan kantor kepresidenan Korsel, Blue House (Gedung Biru).



Korut mengaku kecewa dengan Korsel karena dinilai tak merespons pergerakan aktivis di perbatasan yang disebut adik Kim Jong Un itu sebagai pembelot dan sampah. 

Sebenarnya setelah ini terjadi, Korsel mencoba menghubungi Korut. Namun tidak ada balasan dari negara tersebut. Korsel juga telah menuruti kemauan Korut untuk menindak para pemberontak.

Hubungan Korsel dengan Korut melunak sejak 2018 lalu setelah keduanya melakukan pendekatan diplomatis. Di tahun tersebut para pejabat Korea Utara menghadiri Upacara Pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korea Selatan.

Seminggu setelah itu atau tepatnya pada 27 April Korut mengatakan akan membekukan pengujian senjata dan rudal. Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un juga akhirnya melangkah melintasi perbatasan ke Korea Selatan untuk bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in.

Keduanya kemudian menandatangani pernyataan bersama yang berjanji untuk bekerja sama dalam program denuklirisasi di semenanjung Korea dan menandai berakhirnya perang antara kedua negara.

Korsel dan Korut memang terlibat perang pada 1950-1953. Akibat konfrontasi militer yang terjadi antara keduanya tak kurang dari 5 juta tentara dan warga sipil terenggut nyawanya.

Kembali memanasnya hubungan kedua belah pihak ternyata dampaknya nyaris tak terlihat di pasar keuangan. Bahkan di pasar keuangan domestik. Berdasarkan data Refinitiv, pada 14.46 WIB indeks saham Kospi malah menguat 0,14% sementara di saat yang sama won Korsel melemah 0,1% terhadap dolar AS.

Saat ini pasar masih cenderung fokus pada perkembangan pandemi corona dan isu pemulihan ekonomi. Beberapa kabar baik seperti melesatnya penjualan ritel Amerika Serikat (AS) bulan Mei hingga 17,7% dibanding bulan April, keputusan the Fed untuk membeli obligasi korporasi di pasar sekunder, stimulus bank sentral Jepang (BoJ) hingga kabar dexamethason yang dikatakan ampuh untuk obat corona terbukti masih jadi sentimen penggerak pasar. 

Pasar juga masih mencermati akan adanya ancaman gelombang kedua wabah setelah AS dan China kembali melaporkan adanya lonjakan jumlah kasus baru beberapa hari terakhir ini. Namun hingga 14.50 WIB, mayoritas bursa saham Benua Kuning masih melaju di zona hijau kecuali bursa saham Indonesia, Jepang dan Vietnam.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tunggu Hasil Rapat Fed, Bursa Asia Kompak Melesat!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular