
Triliunan Dolar Mengaliri Perekonomian, Emas Siap Terbang

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia menguat pada perdagangan Selasa (16/6/2020) setelah mencatat pelemahan awal pekan kemarin. Pergerakan logam mulia kemarin bisa menjadi indikasi emas bersiap untuk terbang tinggi lagi.
Pada pukul 18:24 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.727,89/troy ons, menguat 0,19% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Kemarin, emas sempat merosot 1,5% ke US$ 1.703,82/troy ons, tetapi akhirnya terpangkas dan menutup perdagangan di level US$ 1.724,06/troy ons.
Emas memangkas pelemahan setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengumumkan mulai hari ini akan membeli obligasi perusahaan di pasar sekunder melalui program Secondary Market Corporate Credit Facility (SMCCF).
Program tersebut sudah diumumkan pada 23 Maret lalu, dan merupakan salah satu dari beberapa fasilitas yang dikeluarkan The Fed guna meredam dampak pandemi penyakit virus corona (Covid-19) ke perekonomian. Nilai program tersebut mencapai US$ 750 miliar.
Sementara pada hari ini, bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ), mengumumkan menambah jumlah likuiditas ke perekonomian sebesar US$ 300 miliar menjadi US$ 1 triliun, dari sebelumnya US$ 700 miliar, melalui program pinjaman lunak kepada perusahaan-perusahaan yang terdampak pandemi Covid-19.
Stimulus triliunan dolar AS yang dialirkan berbagai bank sentral di dunia menjadi salah satu "bensin" bagi emas untuk terus melesat naik. Krisis finansial 2008 bisa menjadi contoh, saat itu bank sentral juga mengalirkan likuiditas ke perekonomian guna membangkitkan lagi perekonomian yang merosot.
Hasilnya, harga emas terus merangkak naik, hingga mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920/troy ons pada 6 September 2011.
Ole Hansen, Kepala Ahli Strategi Komoditas di Saxo Bank, memprediksi stimulus tersebut akan berdampak pada emas dalam jangka panjang. Ia mengatakan pelaku pasar belum paham sepenuhnya bagaimana dampak kebijakan bank sentral dan pemerintah di berbagai negara ke pasar finansial.
"Dari perspektif investasi emas, ini bukan mengenai apa yang terjadi hari ini, besok, atau bulan depan, tetapi apa yang akan terjadi 6 sampai 12 bulan ke depan atau lebih dari itu" kata Hansen, sebagaimana dikutip Kitco.
Hansen memprediksi di akhir tahun ini harga emas berada di US$ 1.800/troy ons, kemudian mencetak rekor tertinggi di 2021, dan dalam jangka panjang berada di atas US$ 4.000/troy ons. Secara teknikal, melihat grafik harian emas sebenarnya bergerak mendatar (sideways) dalam pola rectangle sejak awal April lalu.
![]() Foto: Refinitiv |
Emas bergerak dalam rentang US$ 1.670/troy ons (batas bawah pola rectangle) sampai US$ 1.744/troy ons (batas atas pola rectangle). Beberapa kali, emas memang sempat melewati batas tersebut, tetapi pada akhirnya kembali terjebak di dalam pola tersebut.
Indikator stochastic berada di dekat wilayah jenuh beli (overbought). Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik turun.
Stochastic saat ini berada di level 78, sehingga ruang penguatan emas hari ini cukup terbuka menuju resisten (tahanan atas) terdekat US$ 1.744/troy ons.
Ke depannya, jika mampu menembus US$ 1.744/troy ons dengan meyakinkan, dan mampu bertahan di atasnya dalam beberapa hari ke depan, artinya emas berhasil breakout pola rectangle. Itu artinya emas berpeluang melesat menuju US$ 1.818/troy ons.
Sementara selama tertahan di bawah resisten tersebut, emas masih akan terjebak dalam pola rectangle, dengan risiko koreksi ke US$ 1.670/troy ons.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas