
Gegara Covid-19, Laba Elnusa Ambles 32% di Q1 2020

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan jasa migas terafiliasi Grup Pertamina, PT Elnusa Tbk (ELSA), mencatatkan laba bersih sebesar Rp 51,77 miliar pada kuartal I-2020, atau ambles 32% dari periode yang sama tahun lalu Rp 75,86 miliar di tengah dampak pandemi virus corona (Covid-19).
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa ini (16/6/2020), penurunan laba terjadi di tengah pendapatan perusahaan yang justru naik. Pendapatan ELSA naik 8,42% menjadi Rp 2,06 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 1,90 triliun.
Beban umum administrasi juga naik menjadi Rp 76,59 miliar dari sebelumnya Rp 69,95 miliar, sementara beban keuangan naik menjadi Rp 23,13 miliar dari sebelumnya Rp 12,36 miliar. Perseroan juga mencatatkan beban lain-lain sebesar Rp 61,69 miliar dari sebelumnya Rp 7,05 miliar. Beban lain-lain yang dimaksud yakni rugi selisih kurs mata uang asing.
Mengacu laporan keuangan ELSA, pendapatan yang naik yakni dari jasa distribusi dan logistik energi untuk pihak berelasi menjadi Rp 603,69 miliar dari sebelumnya Rp 559,99 miliar, dan jasa hulu migas terintegrasi pihak berelasi Rp 998,59 miliar dari Rp 749,57 miliar dan pendapatan jasa penunjang migas pihak berelasi Rp 88,64 miliar dari Rp 21,26 miliar.
Sementara jasa distribusi dan logistik energi untuk pihak ketiga turun menjadi Rp 232,95 miliar dari Rp 442,19 miliar.
Maharani Cindy Opssedha, Institutional Relation Specialist ELSA, dalam pernyataan di BEI, mengatakan perusahaan terdampak Covid-19. Perseroan memperkirakan perubahan total pendapatan (konsolidasi) untuk periode terkini di tahun 2020 (dapat menggunakan proforma) dibandingkan periode yang sama di tahun 2019 naik 25%.
Sementara, perkiraan perubahan laba (rugi) bersih (konsolidasi) untuk periode terkini di tahun 2020 (dapat menggunakan proforma) dibandingkan periode yang sama di tahun 2019 bakal turun sekitar 25%.
"Salah dua strategi yang dijalankan ELSA untuk memastikan arus kas adalah sharing the pain dan supply chain financing (SCF)," katanya, dalam keterbukaan informasi BEI.
Untuk SCF, katanya, strategi yang telah diterapkan sejak tahun lalu kepada mitra kerja untuk lebih menyeimbangkan antara account receivables dan account payables dengan bekerjasama institusi keuangan.
"Untuk sharing the pain, kami meminta penyesuaian harga barang/ jasa kepada mitra kerja agar bisa sama-sama tetap bertahan di tengah kondisi ini. Goal-nya adalah bisnis yang berkelanjutan."
Saham ELSA pada perdagangan awal sesi II, Selasa (16/6) naik 6,48% di level Rp 230/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 1,68 triliun. Sebulan terakhir saham ELSA naik 13,86% dan year to date minus 25%.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penghujung 2020, Elnusa Raih Apresiasi Berbagai Institusi