PDB Diramal Minus 5,8%, Dolar Singapura Dibanderol Rp 10.100

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
16 June 2020 13:33
FILE PHOTO: A Singapore dollar note is seen in this illustration photo May 31, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura masih bergerak di kisaran Rp 10.100/SG$ hingga tengah hari perdagangan Selasa (16/6/2020). Mata uang Negeri Merlion ini masih cukup kuat meski perekonomian diprediksi berkontraksi tajam di tahun ini.


Berdasarkan data Refinitiv, di awal perdagangan dolar Singapura sempat menguat 0,33% ke Rp 10.131,68/SG$, sebelum diperdagangkan di Rp 10.088,51/SG$ atau melemah 0,1% pada pukul 12:56 WIB.


Hasil survei dari Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authorities of Singapore/MAS) terhadap pada ekonom dan analis menunjukkan di tahun ini produk domestic bruto (PDB) tahun ini diprediksi berkontraksi alias minus 5,8%.


Hasil survei MAS tersebut berada di tengah proyeksi pertumbuhan ekonomi Pemerintah Negeri Merlion.


Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura hari ini merevisi pertumbuhan ekonomi atau produk domestic bruto (PDB) tahun ini menjadi -4% sampai -7%.


"Ada tingkat ketidakpastian yang terus menerus karena Covid-19, termasuk pemulihan ekonomi, baik Singapura maupun global," kata Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura akhir Mei lalu.

Meski Singapura sudah memutar kembali roda perekonomiannya dengan melonggarkan kebijakan karantina wilayah atau yang disebut "circuit breaker" tetapi responden yang disurvei MAS masih pesimistis terhadap kinerja sektor-sektor yang paling terdampak pandemi penyakit virus corona (Covid-19), seperti perdagangan grosir maupun eceran, akomodasi dan jasa makanan, dan konsumsi swasta.


Senin kemarin, Pemerintah Singapura mengumumkan mulai Jumat 19 Juni nanti pembukaan kembali (reopening) perekonomian fase 2 akan dilakukan. Fase 1 sebelumnya sudah mulai dilakukan sejak 2 Juni lalu.


"Fase 2 merupakan langkah maju signifikan menuju new 'Covid-19-safe' normal," kata Menteri Kesehatan Singapura, Gan Kim Yong, sebagaimana dilansir Straits Times, Senin (15/6/2020).


Pada fase 1, 80% perekonomian sudah kembali beroperasi, dan pada fase 2 gerai ritel akan diizinkan beroperasi kembali. Kemudian fase 3 dikatakan akan menjadi "new normal" hingga vaksin Covid-19 ditemukan.


Sementara itu dari dalam negeri, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Republik Indonesia (RI) akan berkontraksi alias minus di kuartal II-2020.


Dalam keterangan pers APBN KiTa (Kinerja dan Fakta), Sri Mulyani mengatakan tahun ini tantangan sangat berat, akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang belum diketahui sampai kapan berlangsung.


"2020 adalah tahun yang sangat ekstra ordinary. Pandemi Covid-19 adalah tantangan yang belum ada jawaban kapan akan berakhir dan bagaimana respons yang paling efektif," kata Sri Mulyani dalam keterangan pers APBN KiTa edisi Juni 2020, Selasa (16/6/2020).

Akibat tekanan tersebut perekonomian global termasuk Indonesia mengalami kemerosotan dan diprediksi mengalami kontraksi 3,1% pada periode Mei-Juni.


"Pada kuartal II akan ada kontraksi karena PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dilakukan dan memberi kontribusi ke pertumbuhan ekonomi yang besar. Ini akan mempengaruhi kuartal II yang kita perkirakan -3,1%," katanya.


Namun pada kuartal III dan IV, Sri Mulyani, kondisi perekonomian diperkirakan membaik dan pertumbuhan ekonomi kembali ke teritori positif. Oleh karena itu, pemerintah masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020 di kisaran -0,4% hingga 2,3%.


"Meskipun point estimate kita mendekati 0-1%. Kita akan liat terus dari berbagai perkembangan," katanya.


Meski ekonomi Indonesia diprediksi berkontraksi di kuartal II-2020, tetapi rupiah masih cukup kuat menahan dolar Singapura di kisaran Rp 10.100/US$. Level tersebut masih dekat Rp 9.906,07/SG$ yang merupakan level terlemah dolar Singapura dalam lebih dari 2 bulan terakhir yang dicapai 8 Juni lalu.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular