Analisis Teknikal

The Fed & Obat Corona, IHSG Sesi II Masih Kuat Bertahan Hijau

Haryanto, CNBC Indonesia
16 June 2020 12:35
Bursa Efek Indonesia (BEI) (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Bursa Efek Indonesia (BEI) (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari Selasa (16/6/2020) kuat bertahan di hijau yang didorong stimulus bank sentral Amerika Serikat (The Fed) guna memastikan likuiditas di pasar untuk tetap terjaga dan bahkan berlebih.

The Fed mengatakan bahwa mereka akan memperbarui fasilitas kredit korporasi pasar sekundernya untuk memasukkan pendekatan indeksasi. Tujuannya adalah menciptakan portofolio yang didasarkan pada indeks pasar yang lebih luas dan beragam dari obligasi korporasi AS.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pada sesi I nilai transaksi mencapai Rp 4,94 triliun, dengan investor asing jual bersih (net sell) sebesar Rp 190,86 miliar di semua pasar. Sementara volume transaksi tercatat 5,32 miliar unit saham dengan frekuensi sebanyak 434.120 kali transaksi.

Saham-saham yang mencatatkan keuntungan di antaranya saham PT Kresna Graha Investama Tbk (KREN) (17,95%), PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) (10,40%), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) (10,05%), sedangkan PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA) (9,52%) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) (8,10%).

Lonjakan IHSG seiring dengan bursa saham global yang menghijau di tengah komitmen The Fed yang akan membeli obligasi korporasi individu, di atas dana yang sudah diperdagangkan di bursa. Pembelian akan dilakukan menggunakan Fasilitan Kredit Korporat Pasar Sekunder The Fed.

Hal ini diumumkan bank sentral AS itu sebagai upaya berkelanjutan untuk mendukung berfungsinya pasar dan mempermudah kondisi kredit. Nantinya, The Fed akan memiliki kemampuan untuk membeli hingga US$ 750 miliar.

Di bawah pedoman terbaru ini, The Fed mengatakan akan membeli di obligasi individual yang memiliki sisa tenor lima tahun atau kurang. Pembelian tersebut akan sejalan dengan exchange-traded funds (ETF) yang sudah dibeli oleh The Fed.

Menyambut hal tersebut pasar pun ikut sumringah, artinya stimulus ini akan digunakan perusahaan untuk melakukan pembiayaan kembali (refinancing) utang jatuh tempo dan modal kerja perusahaan dari pembelian obligasi korporasi The Fed, sehingga dana segar akan mengalir ke sujumlah emiten yang perusahaannya terdaftar di saham dengan kriteria tertentu.

Sentimen positif lainnya juga datang dari obat virus corona yang menunjukkan titik terang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga mengklaim sudah menemukan kombinasi lima obat yang efektif melawan Covid-19.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Stem Cell Universitas Airlangga Purwati mengatakan penelitian dilakukan pada kombinasi obat-obatan yang sudah beredar di pasaran terhadap potensi dan efektivitas obat tersebut sehingga membuat efek antiviral dari Sars Cov-2.

"Kami melakukan uji toksisitas, apakah obat tersebut toksik bagi tubuh kita. Kedua mengecek atau meneliti potensi untuk membunuh dari virus Sars Cov-2 dan efektivitas obat tersebut. Kami juga mengecek juga inflamasi dan anti inflamasi," jelas Purwati seperti dikutip, Selasa (16/6/2020).

Pada perdagangan sesi II IHSG masih berpotensi untuk tetap di zona hijau karena indikator BB yang mulai melebar di area resistance, sekaligus terkonfirmasi MACD yang oversold.

Simak analisis teknikal di bawah ini.

 

Analisis TeknikalFoto: Revinitif
Analisis Teknikal

 

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area resistance, dengan garis BB yang mulai melebar, maka pergerakan selanjutnya cenderung untuk naik atau menguat.

Untuk melanjutkan kenaikan, perlu melewati level resistance selanjutnya yang berada di area 5.000 hingga area 5.050. Sementara untuk merubah bias menjadi bearish perlu melewati level support yang berada di area 4.865 hingga area 4.770.

Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang berpotongan di wilayah negatif, maka kecenderungan pergerakan IHSG untuk naik.

Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.

Saat ini RSI masih berada di bawah area 80 dan terpantau bergerak naik, artinya pergerakan selanjutnya cenderung masih naik atau rebound, namun kenaikan menjadi terbatas karena mendekati level 80 yang menjadi area overbought.

Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang berada di area resistance dan mulai melebar, maka pergerakan IHSG selanjutnya diperkirakan masih menguat yang juga terkonfirmasi dengan MACD yang sudah oversold.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular