
Terima Kasih The Fed! IHSG Sesi I Terbang 3%

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi pertama perdagangan selasa (16/6/20) ditutup terbang 3,02% ke level 4.961,71.
Akan tetapi meskipun mencatatkan kenaikan yang signifikan, investor asing masih belum mau menempatkan dananya di Indonesia dengan kembali melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 158 miliar di pasar reguler hari ini.
Terpantau 299 saham naik, 115 saham turun, dan sisanya 140 stagnan, sedangkan nilai transaksi hari ini cukup besar menyentuh Rp 4 triliun.
Saham yang paling banyak dilepas asing hari ini adalah PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) dengan jual bersih sebesar Rp 123 miliar dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang terjadi net sell asing sebesat Rp 20 miliar.
Sejalan dengan gerak IHSG bursa di kawasan Asia juga terpantau mayoritas hijau, Hang Seng Index di Bursa Hong Kong naik sebesar 2,95%, Nikkei di Jepang terapresiasi sebesar 4,05%, sedangkan STI Singapore juga nanjak 2,53%.
Katalis yang mendorong kenaikan IHSG hari ini datang dari bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada Senin (16/6/2020), berkat kebijakan agresif bank sentral AS yang baru diumumkan tadi malam. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 157,62 poin, atau 0,6%, ke 25.763,16. Indeks S&P 500 tumbuh 0,8% menjadi 3.066,59 sedangkan Nasdaq melompat 1,4% ke 9.726,02.
Setelah sempat melemah tajam pada awal perdagangan, situasi berbalik setelah The Fed mengatakan pihaknya akan membeli obligasi korporasi di pasar sekunder, memperluas pembelian surat utang korporasi dari semula hanya di pasar primer.
"The Fed akan selalu mencoba dan menunjukkan siapa yang berkuasa di sini.. Ia terus membuktikan bahwa ia bisa melakukan hal baru dan efektif, dan telah menjadi pendorong utama pasar sekarang," tutur Ilya Feygin, perencana investasi senior WallachBeth Capital.
Produk reksa-dana yang bisa diperdagangkan di bursa saham (Exchange Traded-Fund/ETF) iShares iBoxx naik lebih dari 1% setelah pengumuman itu. Produk dengan aset dasar (underlying asset) obligasi layak investasi itu naik setelah pengumuman The Fed.
Akan tetapi hari ini secara fundamental masih akan ada kabar buruk dari dalam negeri, kali ini bersumber dari sektor ritel. Bank Indonesia bakal merilis laporan survei penjualan eceran per April. Menurut Tradingeconomics, penjualan ritel periode itu bakal anjlok 11,8% atau lebih buruk dari Maret.
Dalam survei Maret, Indeks Penjualan Riil (IPR) berada di level 219,9 alias terkontraksi 4,5%. Ini mengindikasikan bahwa penjualan ritel masih lesu akibat pandemi Covid-19. Penurunan terutama terjadi pada penjualan subkelompok komoditas sandang yang terkontraksi -42,8%, turun dalam dibanding periode sebelumnya yang tumbuh 34,3%.
Dengan belum adanya perubahan terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada April, maka tak ada alasan untuk berharap penjualan ritel berbalik menguat. Hal serupa juga terjadi di AS yang juga dijadwalkan merilis data penjualan ritel (per Mei) yang diprediksi tertekan 24,6%, setelah sebelumnya melemah 21,6%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham