
Rupiah Perkasa di Kurs Tengah BI, Jaya di Pasar Spot

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga menguat di perdagangan pasar spot.
Pada Selasa (16/6/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar rate/Jisdor berada di Rp 14.155. Rupiah menguat 0,51% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Sedangkan di 'arena' pasar spot, rupiah juga berhasil menguat. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.045 di mana rupiah menguat 0,04%.
Kala pembukaan pasar, rupiah masih melemah 0,21%. Namun beberapa menit setelah itu, rupiah langsung balik kanan dan menuju jalur hijau.
Tidak cuma rupiah, hampir seluruh mata uang utama Asia menguat di hadapan dolar AS. hanya yen Jepang yang melemah, pertanda investor sedang emoh bermain aman.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:04 WIB:
Dolar AS memang sedang lemas. Tidak hanya di Asia, mata uang Negeri Paman Sam terdepresiasi di level global.
Pada pukul 09:12 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,14%. Dalam sebulan terakhir, indeks ini sudah ambles nyaris 4%.
Dolar AS, yang merupakan instrumen aman (safe haven), kehilangan pamor akibat pengumuman terbaru dari bank sentral AS The Federal Reserve/The Fed. Bank sentral paling berpengaruh di bumi itu mengubah skema pembelian obligasi korporasi dengan memasukkan pendekatan indeksasi.
Artinya, The Fed akan membeli obligasi korporasi di pasar sekunder yang kemudian menciptakan portofolio baru yang berbasis indeks pasar. The Fed akan menyerap obligasi korporasi berdasarkan indeks yang terbangun dari aset dengan rating minimum tertentu, tenor tertentu, dan berbagai kriteria lainnya.
"Anda bisa melihat bahwa dolar AS kehilangan momentum selepas pengumuman The Fed. Pasar menilai langkah terbaru The Fed sebagai sinyal untuk risk-on (mengambil risiko)," kata Charles Tomes, Portofolio Manager di Manulife Asset Management, seperti diberitakan Reuters.
"Skema ini akan mendorong investor untuk membeli saham dan instrumen berisiko lainnya karena mengetahui bahwa The Fed berada di belakang. Perbankan yang memegang obligasi korporasi akan merasa nyaman karena akan ada yang menampung," tambah Robert Pavlik, Chief Investment Strategist di SlateStone Wealth LLC yang berbasis di New York, seperti dikutip dari Reuters.
Dolar AS yang kehilangan momentum membuat mata uang lainnya berhasil menyalip, tidak terkecuali rupiah. Apalagi mata uang Ibu Pertiwi sudah empat hari gagal finis di jalur hijau. Ini semakin membuat rupiah bersemangat untuk terus melaju.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
