
Angin Segar dari AS, Rupiah Bakal ke Bawah 14.000/US$ Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berakhir stagnan melawan dolar Amerika Serikat (AS) di Rp 14.050/US$ pada perdagangan awal pekan kemarin. Tetapi pada hari ini, Selasa (16/6/2020), Mata uang Garuda berpeluang kembali menguat ke bawah Rp 14.000/US$.
Sentimen pelaku pasar yang sedang membaik, tercermin dari penguatan bursa saham, dapat memicu penguatan rupiah. Penguatan bursa terjadi setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Senin tengah malam waktu Indonesia mengumumkan mulai hari ini akan membeli obligasi perusahaan di pasar sekunder melalui program Secondary Market Corporate Credit Facility (SMCCF).
Program tersebut sudah diumumkan pada 23 Maret lalu, dan merupakan salah satu dari beberapa fasilitas yang dikeluarkan The Fed guna meredam dampak pandemi penyakit virus corona (Covid-19) ke perekonomian.
Bursa saham AS (Wall Street) yang anjlok di awal perdagangan berbalik melesat naik setelah pengumuman tersebut. Hawa positif pun datang ke Asia pagi ini, dan rupiah berpeluang kembali berjaya.
Secara teknikal, rupiah berada dalam fase konsolidasi sejak pekan lalu, meski kembali berada di atas level psikologis Rp 14.000/US$. Fase konsolidasi semakin terlihat setelah Senin kemarin rupiah membentuk pola Doji.
Posisi pembukaan pasar dan penutupan pasar Senin kemarin sama di Rp 14.050/US$, dan membentuk ekor (tail) yang hampir seimbang ke atas dan bawah. Secara teknikal, rupiah disebut membentuk pola Doji, dan berarti pasar sedang ragu ke mana arah pasar selanjutnya.
![]() |
Melihat indikator stochastic pada grafik harian masih berada di level jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama, rupiah memang sangat rentan mengalami koreksi alias melemah.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah oversold (di bawah 20), maka suatu harga suatu instrumen berpeluang berbalik naik. Dalam hal ini, USD/IDR berpeluang naik, yang artinya dolar AS berpeluang menguat setelah stochastic mencapai oversold.
Stochastic yang oversold dalam waktu lama dapat memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat rupiah melemah.
Level psikologis Rp 14.000/US$ menjadi kunci pergerakan hari ini, selama tertahan di atasnya, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.150/US$ sampai Rp 14.300/US$.
Sebaliknya jika mampu kembali dijebol, rupiah berpeluang menguat ke Rp 13.920/US$.
Sementara untuk jangka lebih panjang, peluang rupiah ke Rp 13.565/US$ yang merupakan Fibonnaci Retracement 100% masih terbuka, selama bertahan di bawah Rp 14.730/US$ (Fibonnaci Retracement 61,8%).
Fibonnaci Retracement tersebut ditarik dari level bawah 24 Januari (Rp 13.565/US$) lalu, hingga ke posisi tertinggi intraday 23 Maret (Rp 16.620/US$).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
