
Kasus Corona Melonjak, IHSG Rawan Masuk Zona Merah

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Kamis (11/6/2020) berpotensi masuk zona merah. Kinerja buruk bursa saham Wall Street karena menjadi salah sentimen yang mempengaruhi kinerja bursa saham domestik hari ini.
Pada perdagangan Rabu kemarin (10/6/2020) IHSG turun 114,37 poin atau 2,27% ke level 4.920,68 di tengah aksi jual investor asing merespons kasus corona di Tanah Air yang bertambah 1.241 Rabu kemarin (10/6/2020). Sebelumnya, pada hari Selasa (9/6) jumlah kasus bertambah 1.043 orang, artinya penambahan positif corona sudah mencapai lebih dari 1000 orang per hari.
Berdasarkan catatan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi pada perdagangan Rabu kemarin mencapai Rp 10,97 triliun, investor asing kembali jual bersih (net sell) sebesar Rp 515 miliar di pasar reguler dan negosiasi. Ada sebanyak 343 saham yang membukukan penurunan, sementara naik sebanyak 112 saham dan stagnan sebanyak 126.
Saham-saham yang mengalami penurunan di antaranya PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) (-7.00%), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) (-7,00%), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) (-6,92%), Sedangkan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) (-6,84%) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) (-6,79%).
Penurunan IHSG terdorong oleh lonjakan kasus terpapar virus corona, sehingga dalam dua hari kemarin penambahan kasus infeksi baru menjadi rekor tertinggi penambahan kasus harian.
Kalau sampai kemudian lonjakan kasus di Tanah Air membuat pemerintah berpikir ulang untuk menerapkan kehidupan normal baru (new normal) dan kembali menerapkan social distancing, maka prospek ekonomi Indonesia bakal suram. Oleh karena itu, wajar investor agak cemas. Kekhawatiran itu ditunjukkan dengan melepas aset-aset di pasar keuangan Indonesia.
Sementara dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Rabu kemarin (Kamis pagi waktu Indonesia) ditutup tak kompak.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) merosot 282,31 poin atau 1,04% menjadi 26.989,99, Nasdaq naik 66,59 poin atau 0,67% menjadi 10.020,35 dan S&P 500 turun 17,04 poin atau 0,53% menjadi 3.190,14.
Meski indeks kaya teknologi Nasdaq mencatat rekor ke level 10.000 untuk pertama kalinya, namun dua indeks lainnya yakni Dow Jones dan S&P 500 justru melemah.
Penurunan Dow juga seiring dengan kekhawatiran tentang gelombang kedua kasus virus corona yang kembali meningkat ketika negara-negara AS mulai mendorong untuk membuka kembali aktivitas bisnis.
Negara bagian Texas telah melaporkan penambahan rawat inap pasien Covid-19 untuk tiga hari berturut-turut memecahkan rekor. Sembilan negara bagian California melaporkan lonjakan kasus virus corona baru atau rawat inap untuk kasus yang dikonfirmasi, AP melaporkan Rabu, melansir dari CNBC Internasional.
Penguatan Nasdaq sebagian mencerminkan keuntungan penting dari saham perusahaan teknologi seperti Apple (AAPL) dan Amazon (AMZN), yang masing-masing melonjak 2,6% dan 1,8%, ke rekor tertinggi penutupan baru.
Pada catatan pukul 07:35 WIB, kontrak berjangka (futures) indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,44% pada 26.842, sedangkan S&P 500 ambles 0,31% menjadi 3.176 dan Nasdaq Composite 100 melemah 0,17% pada 10.070.
Pada perdagangan pagi ini Kamis (11/6/2020) penurunan bursa Wall Street kemungkinan menjadi sentimen negatif IHSG untuk kembali ke zona merah.
![]() Analisis Teknikal |
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode per jam (Hourly) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di bawah area pivot dan mendekati area support, dengan garis BB yang menyempit, artinya pergerakan cenderung untuk turun lebih lanjut mencoba sentuh support.
Untuk melanjutkan penurunan perlu melewati level support yang berada di area 4.860 dan berlanjut hingga area 4.805. Sementara untuk merubah bias menjadi bullish perlu melewati resistance yang berada di area 5.000 hingga area 5.090.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang sudah berpotongan di atas area MACD, maka kecenderungan untuk koreksi.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di atas area 20 setelah sebelumnya berada di bawah area tersebut yang sekaligus menjadi area jenuh jual, dengan garis RSI yang mencoba bergerak ke atas artinya pergerakan selanjutnya mencoba untuk rebound.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan indikator BB yang mulai menyempit dan terkonfirmasi MACD yang overbought, maka pergerakan IHSG masih berpotensi terkoreksi, kendati terbatas karena RSI yang sudah oversold.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500