Terungkap! Harga Akuisisi Pinehill Lebih Mahal Hampir Rp 2 T

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
10 June 2020 09:26
foto : Ist/indofood.com
Foto: Ist/indofood.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten konsumer Grup Salim, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) berencana mengakuisisi penuh saham Pinehill Company Limited (PCL) yang dimiliki oleh Pinehill Corpora senilai US$ 2,99 miliar atau setara Rp 41,56 triliun dengan asumsi kurs Rp 13.901 per dolar AS.

Dalam dokumen yang disampaikan manajemen Indofood CBP, ternyata nilai pasar wajar untuk akuisisi saham tersebut lebih murah Rp 1,81 triliun, tepatnya sebesar US$ 2,86 miliar (Rp 39,75 triliun). Artinya harga akuisisi tersebut di atas harga wajar alias lebih mahal.

Pertimbangan ini mengacu pada seluruh ekuitas Pinehill Company Limited pada 31 Desember 2019 sebesar Rp 39,80 triliun.

"Dengan mempertimbangkan seluruh informasi yang relevan dan kondisi pasar yang berlaku, kami berpendapat bahwa nilai wajar atas 100% ekuitas PCL per tanggal 31 Desember 2019 adalah US$ 2,86 miliar," tulis manajemen Indofood CBP, dalam pengumuman di laman keterbukaan informasi, dikutip Rabu (10/9/2020).

Perusahaan yang memproduksi mi instan dengan merek dagang Indomie ini berencana melaksanakan dua kali transaksi pembelian saham, mengacu prospektus yang disampaikan ICBP pada Senin, 8 Juni 2020.

Pertama, pembelian saham Pinehill Corpora, yaitu sebanyak 70.828.180 saham yang merupakan 51% dari total saham yang telah diterbitkan Pinehill Company dengan harga sebesar US$ 1,52 miliar.

Selanjutnya, pembelian seluruh saham Pinehill Company Limited yang dimiliki oleh Steele Lake, yaitu sebanyak 68.050.408 saham atau 49% dari total saham yang telah diterbitkan oleh Pinehill Company.

Nilai transaksi ini mencapai Rp US$ 1,46 miliar. Pinehill Corpora masih terafiliasi dengan ICBP karena merupakan konsorsium di mana Anthoni Salim memiliki penyertaan secara tidak langsung sekitar sebesar 49% saham Pinehill Corpora.

Rencananya, anak usaha Indofood ini akan membiayai akuisisi saham Pinehill dari dana hasil operasi usaha perseroan sebesar US$ 300 juta, sisanya dari dana pinjaman bank. Dengan demikian, perseroan membutuhkan pinjaman dari perbankan sebesar US$ 2,69 miliar atau setara Rp 37 triliun. Perseroan saat ini masih dalam tahap diskusi dengan kreditur potensial.

"Target waktu perolehan fasilitas pinjaman adalah diperolehnya seluruh persyaratan dari rencana transaksi. Batas waktu tanggal 28 Agustus 2020 dengan target tenor pinjaman lima tahun," demikian bunyi pengumuman manajemen, dalam keterbukaan informasi yang disampaikan Corporate Secretary ICBP, Gideon A Putro, Selasa (9/6/2020).

Bila mengacu pada laporan keuangan perseroan yang berakhir pada periode 31 Desember 2019, maka rasio pinjaman terhadap ekuitas atau debt to equity ratio adalah sebesar 1,42 kali. Perseroan tercatat memiliki ekuitas sebesar Rp 26,67 triliun per akhir 2019.

Perseroan membidiik Pinehill, perusahaan target yang kegiatan usaha utamanya adalah produksi dan distribusi mi instan di negara-negara Afrika, Timur Tengah dan Eropa Tenggara.

Pinehill, saat ini tercatat memiliki pangsa pasar yang kuat di 8 negara di kawasan Afrika, Timur Tengah dan Eropa Tenggara dan memiliki sebanyak 12 fasilitas produksi mi instan di 8 negara dengan total populasi 550 juta penduduk dan memiliki jaringan distribusi di 33 negara dengan kapasitas produksi 10 miliar bungkus mi instan.

Harga saham ICBP pada perdagangan awal sesi I, Rabu ini (10/6/2020), minus 1,69% di level Rp 8.750/saham dan sebulan terakhir turun 9,56%. Sementara saham induknya, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), turun 0,40% di level Rp 6.275/saham, dan sebulan terakhir minus 3,46%.

[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article Saham Duo Indofood Terjun Bebas Lagi, Investor Harus Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular