Parah! Tanpa Ampun IHSG Dihajar Profit Taking, Drop 1% Lebih

Tri Putra, CNBC Indonesia
10 June 2020 09:19
Pengunjung melintas dan mengamati pergerakan layar elektronik di di Jakarta, Selasa (2/1/2018).
Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi pertama Rabu (11/6/20) dibuka terjerembab di zona merah terkoreksi 0,11% ke level 5.029,71. Selang 5 menit kemudian IHSG lanjut anjlok 1,05% ke level 4.982,21. Penurunan ini dikarenakan oleh aksi profit taking para investor setelah IHSG reli panjang selama dua pekan kemarin.

Investor asing kembali mencatatkan aksi jual bersih sebanyak Rp 106 miliar di pasar reguler hari ini. Saham yang paling banyak dijual asing hari ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dijual asing sebanyak Rp 51 miliar.Nilai transaksi pagi ini tercatat mencapai Rp 475 miliar.

Akan tetapi mayoritas bursa Asia hari ini terpantau hijau, Hang Seng Index di Bursa Hong Kong naik sebesar 0,84%, Nikkei di Jepang terapresiasi sebesar 0,13%, sedangkan STI Singapore terbang sebesar 0,64%.

Dari Bursa saham kiblat dunia, Amerika Serikat (AS) anjlok pada perdagangan Selasa (9/6/2020), setelah investor keluar dari pasar untuk merealisasikan keuntungan (profit taking).

Indeks Dow Jones turun 1,09% dan S&P 500 melemah 0,78%. Namun Nasdaq Composite masih bisa membukukan kenaikan 0,29%.

Saham yang semula menguat akibat sentimen pelonggaran karantina wilayah (lockdown) kini berguguran, seperti misalnya saham di sektor penerbangan, perhotelan, finansial, industri, dan energi. Indeks maskapai penerbangan di S%P 1500 sendiri tumbang 7,5%.

"Menurut saya penjualan besar-besaran hari ini adalah hasil dari reli panjang selama sepekan kemarin, tidak ada berita besar yang menunjukkan akan turunnya kembali pasar. Akan tetapi begitu juga sebaliknya, selain data pengangguran yang dirilis pekan kemarin, tidak ada juga berita besar yang akan mendorong pasar," Ujar Mike Zigmont, kepala tim riset Harvest Volatility Management. 

"Poin data baru-baru ini seperti angka lapangan kerja dan update perusahaan yang tak-seburuk-yang -dikhawatirkan memicu pandangan bahwa penurunan yang terburuk telah di belakang kita," tulis RBC Capital Markets dalam laporan riset, dikutip CNBC International.

[Gambas:Video CNBC]

Departemen Tenaga Kerja AS Jumat pekan lalu mengumumkan tambahan 2,5 juta lapangan kerja pada Mei, atau jauh lebih baik dari polling Dow Jones yang sebelumnya memprediksi sebanyak 8 juta tenaga kerja hilang.

Namun, Bank Dunia membuyarkan hawa positif tersebut pada Senin dengan merilis prediksi bahwa pertumbuhan ekonomi dunia bakal anjlok 5,2% yang merupakan resesi terburuk sejak Perang Dunia kedua.

Sementara itu dari dalam negeri muncul sentimen negatif berupa kabar dari Juru Bicara Pemerintah dalam Percepatan Penanganan Virus Corona (Covid-19), Achmad Yurianto mengatakan Selasa kemarin (9/6), terjadi penambahan 1.043 orang yang terkonfirmasi positif virus corona. Angka ini menjadi rekor tertinggi kasus harian positif corona di Indonesia sejak pertama kali diumumkan dalam konferensi pers di Gedung BNPB, Jakarta.

Dengan penambahan itu, total kumulatif kasus positif per Selasa ini tembus 33.076 orang. Dari jumlah itu pasien sembuh sebanyak 11.414 orang dan 1.923 orang lainnya meninggal dunia.

Kenaikan ini sangat mengkhawatirkan mengingat akan dibukanya pusat perbelanjaan alias mal pekan depan yang akan menarik kerumunan masyarakat.

Rilis data ini tentunya akan mendatangkan ketakutan bagi para pelaku pasar akan munculnya gelombang kedua virus Covid-19. Apalagi banyak yang berpendapat bahwa gelombang pertama virus corona saja belum berhasil dilewati.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular