
Gara-gara The Fed, Rupiah Jadi Susah Menguat
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 June 2020 10:13

Mengapa investor dilanda kegalauan? Sebab ada dua sentimen yang saling bertolak belakang.
Pertama, dolar AS sebenarnya cenderung menguat. Pada pukul 09:15 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,06%.
Mata uang Negeri Paman Sam mendapatkan kepercayaan diri jelang pertemuan Komite Pengambil Kebijakan Bank Sentral AS (Federal Open Market Committee/FOMC). Mengutip CME FedWatch, peluang suku bunga acuan AS dipertahankan di 0-0,25% adalah 85%. Bahkan ada peluang 15% Federal Funds Rate dinaikkan 25 basis poin (bps) menjadi 0,25-0,5%.
Baca: Suku Bunga AS Bisa Minus, Serius?
Probabilitas penurunan suku bunga acuan Negeri Adidaya ke level negatif sudah tidak ada, setidaknya untuk saat ini. Sebab, tanda-tanda pemulihan ekonomi di sana semakin kuat.
Pada Mei, perekonomian AS menciptakan lapangan kerja sebanyak 2,51 juta. Jauh membaik ketimbang bulan sebelumnya di mana kesempatan kerja berkurang 20,69 juta. Juga jauh lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan terjadi penyusutan lapangan kerja sebanyak 8 juta.
Pencapaian ini membuat tingkat pengangguran AS sedikit menurun. Pada Mei, tingkat pengangguran tercatat 13,3% sedangkan bulan sebelumnya mencapai 14,7%.
Oleh karena itu, sepertinya AS belum butuh stimulus moneter lanjutan dalam bentuk penurunan suku bunga acuan. Apalagi para pejabat The Federal Reserve/The Fed pun menunjukkan sikap tidak sepakat dengan suku bunga negatif.
"Pandangan kami terhadap suku bunga negatif belum berubah. Itu bukan sesuatu yang kami lihat," tegas Jerome 'Jay' Powell, Ketua The Fed, belum lama ini seperti diwartakan Reuters.
Tanpa penurunan suku bunga acuan lebih lanjut, berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS (terutama di aset berpendapatan tetap seperti obligasi) tetap akan menarik. Ini membuat permintaan dolar AS meningkat.
(aji/aji)
Pertama, dolar AS sebenarnya cenderung menguat. Pada pukul 09:15 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,06%.
Mata uang Negeri Paman Sam mendapatkan kepercayaan diri jelang pertemuan Komite Pengambil Kebijakan Bank Sentral AS (Federal Open Market Committee/FOMC). Mengutip CME FedWatch, peluang suku bunga acuan AS dipertahankan di 0-0,25% adalah 85%. Bahkan ada peluang 15% Federal Funds Rate dinaikkan 25 basis poin (bps) menjadi 0,25-0,5%.
![]() |
Baca: Suku Bunga AS Bisa Minus, Serius?
Probabilitas penurunan suku bunga acuan Negeri Adidaya ke level negatif sudah tidak ada, setidaknya untuk saat ini. Sebab, tanda-tanda pemulihan ekonomi di sana semakin kuat.
Pada Mei, perekonomian AS menciptakan lapangan kerja sebanyak 2,51 juta. Jauh membaik ketimbang bulan sebelumnya di mana kesempatan kerja berkurang 20,69 juta. Juga jauh lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan terjadi penyusutan lapangan kerja sebanyak 8 juta.
Pencapaian ini membuat tingkat pengangguran AS sedikit menurun. Pada Mei, tingkat pengangguran tercatat 13,3% sedangkan bulan sebelumnya mencapai 14,7%.
Oleh karena itu, sepertinya AS belum butuh stimulus moneter lanjutan dalam bentuk penurunan suku bunga acuan. Apalagi para pejabat The Federal Reserve/The Fed pun menunjukkan sikap tidak sepakat dengan suku bunga negatif.
"Pandangan kami terhadap suku bunga negatif belum berubah. Itu bukan sesuatu yang kami lihat," tegas Jerome 'Jay' Powell, Ketua The Fed, belum lama ini seperti diwartakan Reuters.
Tanpa penurunan suku bunga acuan lebih lanjut, berinvestasi di instrumen berbasis dolar AS (terutama di aset berpendapatan tetap seperti obligasi) tetap akan menarik. Ini membuat permintaan dolar AS meningkat.
(aji/aji)
Next Page
Kebangkitan Ekonomi di Depan Mata
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular