Ramai Sentimen Positif, Bursa Asia Berakhir Hijau

Tri Putra, CNBC Indonesia
08 June 2020 17:04
Passersby are reflected on an electronic board showing the exchange rates between the Japanese yen and the U.S. dollar, the yen against the euro, the yen against the Australian dollar, Dow Jones Industrial Average and other market indices outside a brokerage in Tokyo, Japan, August 6, 2019.   REUTERS/Issei Kato
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham di kawasan Asia pada penutupan perdagangan awal pekan hari ini (8/6/2020) terpantau mayoritas berada di zona hijau. Penguatan bursa Asia pada hari ini tidak lepas dari sentimen positif yang muncul dari benua seberang yaitu dari Amerika Serikat (AS).

AS mencatat 2,5 juta lapangan kerja baru pada Mei, sehingga angka pengangguran membaik ke 13,3%, menurut data Departemen Tenaga Kerja AS. Ini menampar proyeksi ekonom dalam polling Dow Jones yang menduga ada 8 juta lapangan kerja, dan angka pengangguran 20%.

"Angka penganggurannya mantap, tingkat partisipasi kerja meningkat. Ini terkonfirmasi sebagai laporan yang solid," tutur Drew Matus, Kepala Perencana Pasar MetLife Investment Management, sebagaimana dikutip CNBC International. 


Di China Daratan, Indeks SSE naik tipis 0,24%. Kenaikkan SSE terjadi meskipun adanya sentimen negatif berupa rilis data ekspor China yang terkontraksi di bulan Mei sementara impor Negara Panda menjadi catatan terburuk selama 4 tahun terakhir.

Ekspor bulan Mei terkontraksi 3,3% secara dibanding Mei tahun sebelumnya (YoY), setelah bulan April sebelumnya berhasil mengalahkan ekspektasi berekspansi 3,5% tentunya ini diatas konsensus yang dihimpun Reuters yang meramal akan terjadi kontraksi 7%.

Catatan ekspor China walaupun buruk, masih lebih baik daripada catatan impornya. Impor China tumbang setelah terkontraksi 16,7% secara YoY, memburuk dari bulan April yang 'hanya' terkontraksi 14,2%. Ini adalah catatan terburuk China secar Januari 2016. Secara konsensus sendiri diprediksikan impor China hanya terkontraksi 9,7%.

"Tingkat ekspor diuntungkan oleh pasar ASEAN dan depresiasi mata uang, sedangkan tingkat impor dipengaruhi oleh ketidakcukupan permintaan domestik dan harga-harga komoditas yang anjlok," ujar Wang Jun ekonom dari Zhongyuan Bank.

Hasilnya China membukukan surplus perdagangan sebesar 62,93 miliar US dollar, tertinggi selama Reuters melakukan pencatatan angka ini sejak 1981. Bandingkan dengan konsensus yang dihimpun Reuters yang hanya memprediksi terjadinya surplus sebesar 39 miliar US dollar.


Sedangkan di Jepang, Indeks Nikkei terbang 1,38% setelah Pemerintah Jepang Merilis data Produk Domestik Bruto (GDP) Kuartal-I final yang menunjukkan terjadinya kontraksi 2,2% dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu (YoY). Angka ini tidak jauh berbeda dari konsensus yang meramalkan terjadinya kontraksi 2,1%.

Sedangkan belanja modal Negara Matahari Terbit ini tumbuh 1,9% dibanding kuartal sebelumnya. Angka ini lebih baik daripada konsensus yang meramalkan hanya Capital Expenditure hanya tumbuh 1,4%.

Dari negara tetangga Singapura, Indeks STI sementara naik 1,65%, Di Korea indeks Kospi terapresiasi 0,11% dan di Hong Kong Indeks Hang Seng naik 0,03%. Sementara itu dari dalam negeri Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melonjak 2,48% ke level 5.070,56 dan menjadi yang terbaik di antara bursa besar di kawasan Benua Kuning.

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/trp) Next Article Bursa Asia Kompak Hijau Royo-Royo, Hang Seng Paling Top

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular