Tak Terbendung, IHSG Ditutup Melesat 2,5%

Tri Putra, CNBC Indonesia
08 June 2020 15:46
Melantai perdana di Bursa Efek Indonesia, harga saham perusahaan pemasok besi bekas, PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk (OPMS) (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidiq)
Foto: Melantai perdana di Bursa Efek Indonesia, harga saham perusahaan pemasok besi bekas, PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk (OPMS) (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidiq)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi 2 awal pekan kedua Senin (8/6/20) berhasil finis di zona hijau terbang 2,48% ke level 5.070,56 sukses ditutup menembus level psikologis 5.000 setelah 3 hari gagal finis di atas level psikologis ini.

Investor asing kembali mencatatkan aksi beli bersih sebanyak Rp 83 miliar di pasar reguler hari ini. Saham yang paling banyak dibeli asing hari ini adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang dibeli asing sebanyak Rp 339 miliar.

Transaksi pada hari ini mencapai Rp 13,5 triliun. Tercatat 303 saham naik, 134 harganya turun, dan 157 harganya stagnan.

Mayoritas bursa Asia juga terpantau hijau, Hang Seng Index di Bursa Hong Kong naik sebesar 0,03%, Nikkei di Jepang terapresiasi sebesar 1,38%, sedangkan STI Singapore terbang sebesar 1,27%


Sentimen positif datang dari bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street yang menjadi kiblat bursa saham di seluruh dunia ditutup melejit pada perdagangan Jumat (5/6/2020), didorong rilis data tenaga kerja yang terbukti jauh lebih baik dari proyeksi suram para pelaku pasar.

Data perdagangan mencatat, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melesat 3,15% di level 27.110,98, kemudian Indeks S&P 500 terbang 2,62% di level 3.193,93.

Adapun Indeks Nasdaq ditutup meroket 2,06% di posisi 9.814,08, level all time high untuk pertama kalinya. Nasdaq bahkan sempat menyentuh level intraday tertinggi yakni di posisi 9.845,69.

AS mencatat 2,5 juta lapangan kerja baru pada Mei, sehingga angka pengangguran membaik ke 13,3%, menurut data Departemen Tenaga Kerja AS. Ini menampar proyeksi ekonom dalam polling Dow Jones yang menduga ada 8 juta lapangan kerja, dan angka pengangguran 20%.

"Angka penganggurannya mantap, tingkat partisipasi kerja meningkat. Ini terkonfirmasi sebagai laporan yang solid," tutur Drew Matus, Kepala Perencana Pasar MetLife Investment Management, sebagaimana dikutip CNBC International.


Sementara sentimen negatif muncul dari China melalui data ekspor impornya. Ekspor bulan Mei terkontraksi 3,3% secara dibanding Mei tahun sebelumnya (YoY), setelah bulan April sebelumnya berhasil mengalahkan ekspektasi berekspansi 3,5% tentunya ini di atas konsensus yang dihimpun Reuters yang meramal akan terjadi kontraksi 7%.

Catatan ekspor China walaupun buruk, masih lebih baik daripada catatan impornya. Impor China tumbang setelah terkontraksi 16,7% secara YoY, memburuk dari bulan April yang 'hanya' terkontraksi 14,2%.

Selain itu kabar buruk juga muncul dari dalam negeri setelah rilis data Juru Bicara Pemerintah Khusus untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto pada Sabtu lalu (6/6/20) yang menunjukkan penambahan harian kasus positif virus nCov-19 kembali memecahkan rekor baru yaitu 993 orang positif dalam sehari dengan total 30.514 pasien positif.

Rilis data ini tentunya akan mendatangkan ketakutan bagi para pelaku pasar akan munculnya gelombang kedua virus Covid-19.

Apalagi banyak yang berpendapat bahwa gelombang pertama virus corona saja belum berhasil dilewati. Mengingat di berberapa negara seperti Korea Selatan, yang setelah perekonomianya dibuka, sempat melakukan pengetatan karantina kembali setelah ketakutan akan munculnya gelombang pandemi jilid 2 datang dengan munculnya klaster-klaster penyebaran baru.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular